Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Ilustrasi angkutan semen. Shutterstock/Susilo Prambanan
Ilustrasi angkutan semen. Shutterstock/Susilo Prambanan

Intinya sih...

  • Penurunan daya beli masyarakat berdampak pada konsumsi semen domestik

  • Semen Indonesia (SMGR) mengalami penurunan kinerja kuartal dan laba bersih yang signifikan

  • INTP mencatat penurunan volume penjualan semen, namun mampu mencatat pertumbuhan laba bersih

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Pelemahan daya beli masyarakat turut berimbas terhadap konsumsi semen domestik. Kinerja dua emiten semen, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) pun ikut terdampak.

Menurut Asosiasi Semen Indonesia (ASI), pasar semen domestik mengalami penurunan sebesar 3,1 persen pada paruh pertama tahun 2025. Penurunan ini terutama disebabkan oleh kontraksi 10,2 persen di pasar semen curah, akibat penurunan permintaan dari proyek Ibu Kota Negara (IKN) baru Nusantara dan pemangkasan anggaran infrastruktur yang diumumkan awal tahun ini. Sementara itu, pasar semen kantong tetap stagnan karena daya beli masyarakat yang masih lemah.

Semen Indonesia (SMGR) membukukan kinerja kuartal yang lemah sepanjang semester I 2025. Secara kumulatif, pendapatan perseroan turun 4,9 persen secara tahunan (YoY) menjadi Rp15,61 triliun, Sedangkan EBITDA turun 24,1 persen (YoY) menjadi Rp2,2 triliun.

Di sisi lain, laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemegang saham SMGR anjlok tajam 92 persen menjadi Rp40 miliar. Angka ini jauh di bawah kisaran historis pertengahan tahun yang biasanya 22–70 persen.

Manajemen mengatakan, berupaya mengatasi penurunan pangsa pasar dan melemahnya profitabilitas. Untuk target jangka pendek, manajemen berencana mempertahankan pangsa pasar domestik setara dengan 2024 serta meningkatkan EBITDA absolut dari bisnis non-semen pada 2025.

Prioritas eksekusi mencakup meningkatkan visibilitas dan ketersediaan produk di pasar, mengoptimalkan produk turunan semen, memperbesar skala bisnis non-semen, meningkatkan efisiensi energi dan biaya tetap, serta mengintegrasikan logistik antar-pabrik.

Sejalan dengan realisasi kinerja ini, Mirae Asset Sekuritas menurunkan perkiraan dengan laba bersih lebih lemah dari perkiraan di tengah situasi makro yang menantang.

“Proyeksi pendapatan dan EBITDA untuk full year 2025–2026 kami pangkas 3–4 persen dan 4–9 persen, mencerminkan asumsi pertumbuhan harga jual rata-rata (ASP) yang lebih rendah dan porsi ekspor yang lebih tinggi,” kata Andreas Saragih, Analis Mirae Asset Sekuritas dalam risetnya dikutip Jumat (15/8).

Laba bersih diturunkan lebih signifikan karena mempertimbangkan tarif pajak efektif yang lebih tinggi dan faktor non-operasional yang kurang menguntungkan.

Dengan metode penilaian tetap menggunakan valuasi EV/EBITDA dengan target kelipatan 2 standar deviasi di bawah rata-rata lima tahun, Mirae menurunkan rekomendasi dari Trading Buy menjadi HOLD, dengan target harga (TP) baru Rp2.600, dari sebelumnya Rp2.800.

“Risiko positif terhadap rekomendasi ini antara lain pemulihan permintaan yang lebih kuat dari perkiraan, pertumbuhan ASP lebih tinggi dari proyeksi, serta kontribusi yang lebih rendah dari semen curah dan merek pesaing,” katanya.

Kinerja INTP

Di tengah pelemahan konsumsi semen, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mencatat volume penjualan (semen dan klinker) sebesar 8.891 ribu ton pada semester I 2025. Angka ini turun 140 ribu ton atau 1,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Penurunan ini ikut tercermin pada pendapatan neto perseroan tercatat sebesar Rp8,03 triliun, terkontraksi 1,1 persen seiring stagnasi konsumsi semen akibat lemahnya daya beli masyarakat.

Meski penjualan turun, INTP masih mampu mencatat pertumbuhan laba bersih. Pendapatan keuangan bersih meningkat yang 112,6 persen menjadi Rp5,7 miliar, berasal dari bunga atas saldo kas yang lebih besar, turut mendorong laba periode berjalan INTP tumbuh 13,8 persen menjadi Rp494,8 miliar.

Indocement juga memiliki posisi keuangan yang kuat dengan posisi kas sebesar Rp3,4 triliun per 30 Juni 2025. Kendati permintaan semen domestik menurun pada paruh pertama tahun ini, perseroan memperkirakan volume akan meningkat mulai semester kedua tahun ini terdorong oleh cuaca yang lebih kering, hari libur yang lebih sedikit, dan peningkatan belanja konstruksi menjelang akhir tahun.

“Secara keseluruhan, kami merevisi proyeksi menjadi volume semen domestik yang stagnan untuk tahun 2025. Kami terus memantau tren pasar dengan fokus kuat pada efisiensi biaya dan peningkatan penggunaan bahan bakar alternatif (AF),” kata manajemen.

Editorial Team

EditorEkarina .