IHSG Diproyeksi Menguat Terbatas Terdorong Sentimen Deflasi

Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan menguat terbatas pada Rabu (2/3), melanjutkan kenaikan 0,48 persen ke posisi 6.921 pada perdagangan Selasa (1/3). Kenaikan indeks hari ini terdorong data deflasi dalam negeri.
Namun demikian, IHSG juga rentan terkoreksi mengikuti beberapa sentimen seperti perang Rusia - Ukraina serta kasus Covid-19 dalam negeri.
Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya menyatakan pada Februari 2022 terjadi deflasi sebesar 0,02 persen, dibandingkan bulan sebelumnya. Kondisi ini terjadi di tengah pemulihan ekonomi domestik.
“Membawa inflasi tahunan turun menjadi 2,06 persen dari 2,18 persen atau di bawah konsensus,” kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus.
Pembatasan mobilitas, membuat masyarakat menahan pengeluaran walau masih di level terbatas. Tekanan itu akhirnya membuat indeks manufaktur PMI domestik turun ke 51,2. Meski masih di atas level ekspansif (50 poin), namun Nico menilai kondisi itu cukup mengkhawatirkan ke depannya.
"Mengingat kenaikan harga energi imbas invasi Rusia ke Ukraina juga berpotensi membebani ongkos produksi sektor industri," katanya.
Dampak reli harga minyak dan kenaikan harga komoditas
Perang antara Rusia dan Ukraina telah mengerek harga minyak ke level US$105. Harga-harga komoditas pun mencatatkan kenaikan tertinggi sejak 2009, tercermin pada 23 indeks komoditas berjangka Bloomberg yang naik 4,1 persen—dua kali lipat dari titik terendah dalam empat tahun terakhir.
“Reli harga minyak mentah dunia pengaruhnya sudah cukup terasa, yang membuat pemerintah baru saja menaikkan harga gas LPG yang diyakini sebagai salah satu dampak awal risiko geopolitik di pasar domestik,” jelas Nico dan tim.
Di sisi lain, pasar domestik mengalami keuntungan karena permintaan komoditas diprediksi akan berlanjut, sehingga diharapkan bisa mendongkrak surplus neraca perdagangan.
Namun, situasi itu juga mambawa kecemasan terhadap outlook inflasi dalam negeri. Apalagi Bank Indonesia berencana mengetatkan likuiditas yang diawali dengan meningkatkan Giro Wajib Minimum (GMW) perbankan. Lalu diikuti oleh kenaikan suku bunga 5–7 kali, bila tingkat inflasi bergerak lebih cepat.
“Dengan demikian kami memandang deflasi yang terjadi hanya bersifat sementara, terlebih penurunannya masih dalam level terbatas,” tutup Nico dan tim.
Oleh karena itu, Pilarmas memproyeksi IHSG akan bergerak di level 6.892–7.054. Saham-saham yang ia soroti, yakni: INDY, PGAS, dan TPIA.