Jakarta, FORTUNE - Masih belum reda kasus Evergrande, Tiongkok kembali dilanda persoalan lain, yakni ancaman krisis listrik. Masalah ini diketahui terjadi di beberapa wilayah, seperti di bagian timur laut Tiongkok, yakni Jilin, Shenyang, Dalian, dan beberapa lainnya. Beberapa laporan media sosial dan pemberitaan menyebutkan bahwa lampu lalu lintas banyak dipadamkan, lift perumahan, bahkan jaringan telepon seluler 3G terpengaruh situasi kurang menguntungkan ini.
Reuters memberitakan, krisis listrik terjadi karena kurangnya pasokan batu bara untuk pembangkit listrik, standar emisi gas rumah kaca yang diperketat, dan permintaan yang begitu kuat dari industri. Selanjutnya, situasi ini pun mendorong harga batu bara sebanyak 7 persen ke sekor tertinggi seharga 1.324 Yuan, atau senilai US$ 205 dan kurang lebih Rp2,93 juta per tonnya, pada (28/9).
Lebih dari mati lampu biasa, krisis listrik ini mulai meluas dan mempengaruhi berbagai sektor, termasuk industri. Dengan kekurangan listrik yang dipicu oleh sedikitnya pasokan batu bara yang melumpuhkan sebagian besar industri.
Han Jun, Gubernur Provinsi Jilin, salah satu wilayah yang paling terdampak, menyerukan perlunya lonjakan impor batu bara. Sementara, asosiasi perusahaan listrik mengatakan, pasokan sedang diperluas "berapa pun biayanya". Jilin adalah salah satu dari lebih dari 10 provinsi yang terpaksa melakukan penjatahan listrik karena pembangkit merasakan panasnya kenaikan harga batu bara yang tidak bisa mereka berikan kepada konsumen.