Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan penguatan pada Kamis (6/11), setelah ditutup naik 0,93 persen menuju harga penutupan tertinggi sepanjang masa kemarin dengan net buy asing sebesar Rp1,23 triliun.
Technical Analyst BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS), Reza Diofanda, mengatakan, penguatan IHSG itu didorong oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal-III 2025 yang berada di atas ekspektasi. Lebih lanjut, ia memproyeksikan IHSG akan melanjutkan euforia setelah sejumlah saham dipastikan masuk rebalancing indeks MSCI pada November.
"Dengan target IHSG untuk menguji level resistennya 8.320 untuk menuju target penguatan di 8.395," kata Reza dalam riset hariannya.
Ia memprediksi IHSG bergerak di antara support 8.200 dan resisten 8.320. Daftar saham pilihannya adalah MBMA, DEWA, dan MAPA.
Sementara itu, Phintraco Sekuritas memproyeksikan IHSG berpotensi melanjutkan kenaikan menguji level resisten di 8.350. Secara teknikal, terjadi golden cross di indikator MACD dan indicator Stochastic RSI bergerak ke atas mendekati area overbought. Volume beli mengalami kenaikan yang ditopang oleh indikator A/D yang mengindikasikan adanya akumulasi.
"Namun adanya pengumuman review kuartalan indeks MSCI diperkirakan akan mendorong fluktuasi indeks," kata tim riset Phintraco Sekuritas.
Daftar saham yang masuk pantauan Phintraco Sekuritas hari ini, meliputi: MBMA, MAPI, EMTK, WIFI, dan PSAB.
Dari segi sentimen, investor berharap pertumbuhan ekonomi akan berakselerasi kembali di kuartal-IV 2025 seiring dengan adanya tren penurunan suku bunga, stimulus dari pemerintah dan adanya liburan pada akhir tahun yang berpotensi meningkatkan konsumsi masyarakat.
Dari Inggris (6/11), investor akan menantikan hasil keputusan pertemuan Bank of England, yang diperkirakan mempertahankan suku bunga tetap di 4 persen. Selain itu akan dirilis data industrial production Jerman bulan September, yang diperkirakan naik 3 persen (MoM) dari turun 4,3 persen (MoM) pada Agustus 2025. Sedangkan pertumbuhan retail sales Euro Area bulan September diperkirakan stabil di level 1 persen (YoY).
