Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Proyeksi pergerakan IHSG. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
Proyeksi pergerakan IHSG. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan memiliki ruang penguatan terbatas, Selasa (23/12).

Technical Analyst BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS), Reza Diofanda, mengatakan, secara teknikal IHSG masih berpotensi naik terbatas dengan resisten di area 8.660 dan support terdekat di level 8.600. Kemarin, IHSG ditutup naik 0,42 persen.

Reza mengatakan, ke depan, pergerakan indeks akan mencermati kenaikan harga emas serta rilis data ekonomi global. "Khususnya durable goods orders dan tingkat pertumbuhan PDB Amerika Serikat (AS), yang berpotensi menjadi katalis pergerakan pasar selanjutnya," katanya dalam riset harian BRIDS.

Daftar saham pilihan BRIDS hari ini, mencakup: ANTM, NCKL, dan AMRT.

Sebagai konteks, penguatan IHSG pada perdagangan Senin (22/12) didorong oleh sentimen positif dari rilis data M2 Money Supply Indonesia yang mencatatkan level tertinggi dalam hampir 3 tahun terakhir. Itu mencerminkan likuiditas domestik yang masih terjaga.

Data M2 Money Supply di Indonesia naik 8,3 persen (YoY) pada November 2025, lebih tinggi daripada pertumbuhan 7,7 persen (YoY) pada Oktober 2025.

Senada dengan BRI Danareksa Sekuritas, Phintraco Sekuritas memperkirakan IHSG hari ini menguat dengan menguji level 8.680-8.700. Secara teknikal, tim Phintraco mengatakan, IHSG ditutup di bawah level MA5, tapi berhasil ditutup di atas level MA20. Stochastic RSI pun masih berada di area oversold, dengan volume beli yang mulai meningkat.

Daftar saham pilihan Phintraco Sekuritas hari ini, yakni: BUMI, DEWA, ESSA, ADMR, dan INDY.

Sentimen pasar regionel berasal dari Tiongkok. Bank sentral Negeri Tirai Bambu memutuskan menjaga suku bunga pinjaman 1 tahun dan 5 tahun, masing-masing pada level 3 persen dan 3, persen pada Desember 2025.

"Ini merupakan level terendah dan sudah dipertahankan selama 7 bulan berturut-turut. PBOC memberi sinyal yang menunjukkan kurang urgensinya stimulus moneter untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun ini," jelas tim riset Phintraco Sekuritas.

Editorial Team