Jakarta, FORTUNE - Donald Trump resmi dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke-47 pada Senin, (20/1), di Gedung Capitol, Washington, D.C. Pelantikan ini menandai dimulainya periode kedua kepemimpinannya.
Langkah awal Trump menunjukkan pendekatan yang dianggap lebih terukur khususnya terkait kebijakan tarif, memberi dorongan sementara terhadap sentimen investor.
Dalam pidato perdananya, Trump mengeluarkan memorandum perdagangan yang memuat kebijakan tarif baru secara tidak langsung terhadap sejumlah mitra dagang utama. Trump juga mengevaluasi perdagangan dengan Cina, Kanada, dan Meksiko sebelum mengambil keputusan strategis.
Meski pasar saham dan obligasi tutup pada hari pelantikan, pasar valuta asing langsung bereaksi. Dolar AS merosot tajam dengan indeks dolar turun 1 persen, penurunan terbesar sejak Agustus 2024. Penurunan ini mencerminkan optimisme pasar bahwa Trump mungkin mengurangi agresivitas retorikanya terkait tarif, meskipun dampaknya diprediksi hanya bersifat sementara.
Data terbaru menunjukkan posisi net long dolar oleh dana lindung nilai mencapai US$35 miliar, tertinggi dalam sembilan tahun terakhir. Dolar sebelumnya menguat sekitar 10 persen sejak September 2024, didukung lonjakan imbal hasil Treasury AS. Namun, jeda atau pembalikan penguatan dolar ini berpotensi meredakan tekanan pada pasar Asia dan negara berkembang.
Pasar saham menunjukkan respons positif, dengan saham berjangka AS naik 0,4 persen di Wall Street. Indeks Asia seperti MSCI Asia ex-Japan dan Nikkei 225 juga mengalami kenaikan lebih dari 1 persen pada Senin. Pergerakan pasar global akan terus dipengaruhi oleh kebijakan pemerintahan Trump dalam beberapa hari ke depan, yang diperkirakan membawa volatilitas tinggi.