Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
ilustrasi emas (unsplash/jingming pan)
ilustrasi emas (unsplash/jingming pan)

Intinya sih...

  • Investor global beralih ke emas dan obligasi.

  • Kebijakan tarif impor AS oleh Trump meningkatkan ketidakpastian ekonomi global.

  • Tingginya ketidakpastian penurunan suku bunga Fed mempengaruhi pergerakan modal global.

Jakarta, FORTUNE - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengatakan saat ini telah terjadi pergeseran minat investor global ke instrumen emas dan obligasi di tengah tingginya ketidakpastian ekonomi global.

Dia menyampaikan hal tersebut dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (19/3).

Perry menjelaskan kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS) yang diumumkan oleh Presiden AS, Donald Trump, yang semakin luas telah meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan global.

Akibatnya, terjadi penurunan imbal hasil (yield) US Treasury dan pelemahan indeks dolar AS (DXY). Hal ini mendorong aliran modal yang sebelumnya terkonsentrasi ke AS untuk bergeser ke instrumen lain, termasuk emas dan obligasi di negara maju maupun negara berkembang.

“Terjadi pergeseran investasi portofolio global yang sebelumnya berbondong-bondong masuk ke AS, kini mulai mengalir ke obligasi, khususnya fixed income securities, serta emas,” kata Perry.

Perry juga menyoroti dampak kebijakan tarif impor AS terhadap perekonomian global. Menurutnya, meskipun AS telah memberikan insentif fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik, efek negatif dari kebijakan tarif impor terhadap perekonomian AS justru lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang diharapkan.

“Daya dukung kebijakan tarif impor terhadap pertumbuhan ekonomi AS lebih kecil dibandingkan dampak negatifnya. Hal ini memunculkan diskusi di pasar tentang kemungkinan meningkatnya risiko resesi di AS,” ujarnya.

Selain AS, negara lain seperti Eropa, Jepang, India, dan Cina juga terkena dampak dari kebijakan tersebut. Perry mengatakan pertumbuhan ekonomi global pada 2025 diperkirakan hanya mencapai 3,2 persen, di tengah melambatnya ekspor dan rendahnya keyakinan usaha di berbagai negara.

Ketidakpastian penurunan suku bunga Fed

Ketidakpastian mengenai arah kebijakan suku bunga Fed (Fed Funds Rate/FFR) turut mempengaruhi pergerakan modal global. Perry memproyeksikan Fed kemungkinan hanya akan menurunkan suku bunga sekali dalam tahun ini, dan tidak akan terburu-buru dalam mengambil keputusan.

“Kami melihat laju penurunan inflasi di AS yang sebelumnya cepat kini terhambat, sehingga The Fed kemungkinan besar tidak akan agresif dalam menurunkan suku bunga,” ujarnya.

Sementara itu, Perry menambahkan bahwa investasi di pasar saham masih cenderung terkonsentrasi di negara maju, kecuali AS. Investasi di negara emerging market masih terbatas, meskipun ada pergeseran dana ke obligasi dan emas.

“Tingginya ketidakpastian global memerlukan respons kebijakan yang tepat dan terkoordinasi untuk memperkuat ketahanan eksternal, menjaga stabilitas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik,” katanya.

Dengan tren pergeseran investasi ke emas dan obligasi, investor tampaknya lebih memilih instrumen yang dianggap aman di tengah gejolak ekonomi global. Hal ini mencerminkan kehati-hatian pasar dalam menghadapi ketidakpastian yang masih membayangi perekonomian dunia.

 

Editorial Team