Jakarta, FORTUNE - Satu dekade lalu, Indonesia pernah masuk ke dalam daftar “Fragile Five”, atau salah satu negara berkembang yang ekonominya rentan terhadap arus modal keluar dan anjloknya nilai mata uang setiap kali suku bunga dunia naik.
Namun demikian, Indonesia saat ini memasuki babak baru di saat The Fed dan bank sentral sejumlah negara bertindak agresif dalam menaikkan suku bunga, ekonomi dalam negeri justru dinilai menunjukkan ketahanan yang baik.
Hal ini tergambar dalam langkah Bank Indonesia (BI) yang belum memberi sinyal meningkatkan suku bunga, sementara inflasi baru saja naik di atas kisaran target 2–4 persen.
“Di Indonesia, belum ada kenaikan suku bunga kebijakan dari tahun ke tahun. Hal itu sangat jarang terjadi,” ujar Analis lembaga pemeringkat S&P, Ivan Tan, dikutip dari Reuters, Senin (4/7).
Yang terjadi saat ini berbeda dengan 2013, saat The Fed memberi sinyak pengurangan stimulus, yang memicu larinya modal asing sehingga nilai rupiah anjlok 20 persen. BI akhirnya terpaksa menaikkan suku bunga 175 bps.
Dus, beberapa pihak pun bertanya: apa kondisi perekonomian Indonesia telah berubah dari segi fundamental?