Jakarta, FORTUNE - Harga emas kembali melemah, setelah sempat menguat tipis di level US$3.250 per ounce troy. Namun kini, berdasarkan Trading Economics emas kembali jatuh di kisaran US$3.240.
Analis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha mengatakan tren bearish pada emas ini masih akan berlangsung dalam jangka pendek, baik secara teknikal maupun fundamental.
"Meskipun terjadi pemulihan sebesar 0,42 persen kemarin, tekanan jual masih mendominasi pasar logam mulia," ujar dia, Rabu (14/5).
Andy menjelaskan bahwa ada dampak fundamental yang saat ini membebani harga emas. Kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan Cina menjadi salah satu faktor utama yang meningkatkan sentimen risiko dan menekan daya tarik aset safe haven itu.
Setelah negosiasi dua hari di Jenewa, kedua negara akhirnya sepakat memangkas tarif secara drastis. AS menurunkan tarif atas barang Cina dari 145 persen menjadi 30 persen. Begitupun Cina yang memangkas tarif atas produk AS dari 125 persen menjadi 10 persen. Hal ini mendorong penguatan pasar saham dan aset berisiko lainnya, sehingga justru melemahkan permintaan terhadap logam mulia.
Secara teknikal, ia memaparkan bahwa kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average mengindikasikan masih adanya tekanan penurunan pada harga emas terhadap dolar AS. Harga logam mulia ini bahkan berpotensi terkoreksi hingga ke level support US$3.208.