MARKET

Valuasi Apple Mendekati US$3 Triliun, Apa Pendorongnya?

Kenaikan saham Apple lampaui indeks S&P 500.

Valuasi Apple Mendekati US$3 Triliun, Apa Pendorongnya?Toko Apple di Shanghai, Tiongkok dipadati orang-orang yang mengantre untuk membeli gadget terbaru perusahaan tersebut. Shutterstock/TonyV3112
13 December 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Raksasa teknologi asal Amerika Serikat Apple (AAPL) terus menanjak dan berpeluang menjadi perusahaan pertama yang mencapai kapitalisasi pasar US$3 triliun atau Rp42 ribu triliun (kurs Rp14.300 per US$). Pada bel pembukaan perdagangan Kamis (9/10), saham Apple naik 1,6 persen ke angka US$174,9, dan hanya perlu mencapai US$182,85 sebelum melewati titik bersejarah.

Dalam tiga bulan terakhir, saham Apple telah naik lebih dari 13 persen, dan lebih dari 69 persen sejak awal tahun ini. Kenaikan tersebut melampaui indeks S&P 500 yang hanya tumbuh 25 persen sekaligus jenama Big Tech lainnya termasuk induk Google Alphabet, Amazon, Microsoft, dan induk Facebook Meta.

Lantas, apa sebenarnya pendorong pergerakan saham Apple? Managing Diretor Wedbush Securities Dan Ives dalam catatannya baru-baru ini mengatakan kondisi ini tak lepas dari keberhasilan yang berkelanjutan dari jajaran produsen iPhone beserta aksesorinya seperti Apple Watch dan AirPods tersebut.

Namun, produk-produk generasi berikutnya dari Apple, termasuk kacamata AR/VR dan keputusannya untuk memproduksi chip sendiri, tampaknya membuat investor kian bersemangat untuk mengoleksi saham perusahaan.

"Kami percaya ... Apple sedang dalam perjalanan untuk menjadi kapitalisasi pasar $ 3 triliun selama tahun 2022 (atau lebih cepat) karena Street mengejar kisah pertumbuhan ini," tulis Ives.

Apple juga dinilai jadi tempat investasi yang aman mengingat kinerja keuangannya yang sehat dalam empat kuartal terakhir. Penjualan bersih APPL pun meningkat berturut-turut sebesar 21 persen, 54 persen, 36 persen, dan 29 persen—sebagian besarnya didorong oleh penjualan iPhone berkat rilis iPhone 12 berkemampuan 5G pada September 2020, pertumbuhan di seluruh bisnis iPad, Mac, serta perangkat lainnya.

Pengembangan Produk

Tapi harga saham adalah taruhan pada kinerja masa depan perusahaan. Dan jajaran Apple dikabarkan memiliki banyak potensi menjadi magnet bagi investor. Salah satu rumor yang paling menggiurkan adalah upaya Apple untuk membangun mobil listriknya sendiri. Pada September 2020, eksekutif Apple Kevin Lynch, yang sebelumnya mengawasi Apple Watch, dilaporkan pindah untuk mengawasi upaya otomotif perusahaan.

Kemudian dua bulan setelahnya, Bloomberg melaporkan bahwa Apple tengah menjalankan proyek ambisius untuk menciptakan mobil yang sepenuhnya dapat mengemudi sendiri Sementara di Januari tahun ini, Hyundai dan Kia dikaitkan dengan kemungkinan kesepakatan untuk membantu Apple membangun mobilnya, tetapi kolaborasi itu tampaknya berantakan setelah pembuat mobil membiarkan kabar tentang tim-up.

Ada pula rencana pengembangan produk headset dan kacamata AR/VR Apple. Perusahaan dilaporkan sedang bersiap untuk mengeluarkan versi headset sendiri di 2022, dengan sepasang kacamata yang segera menyusul beberapa waktu kemudian.

Sementara bisnis lerangkat kerasnya dapat memberikan dorongan besar bagi industri AR/VR yang baru lahir, bahkan bagi buzz teknologi terbesar tahun 2021: metaverse.

Namun, seperti perusahaan teknologi lainnya, harus menghadapi dampak berkelanjutan dari kekurangan chip global dan rantai pasokan yang kacau. Mengutip Bloomberg, Apple harus memangkas produksi iPhone sebanyak 10 juta unit karena kekurangan chip dari Texas Instruments dan Broadcom.

Keterbatasan ketersediaan iPhone Apple, telah menyebabkan melemahnya permintaan untuk iPhone. Terlepas dari masalah rantai pasokan, lini produk masa depan Apple terus mendapatkan banyak perhatian yang dapat membantu raksasa teknologi melewati tanda penilaian US$3 triliun dalam beberapa hari atau minggu mendatang.

“Sementara masalah rantai pasokan telah membatasi beberapa pertumbuhan untuk Apple pada siklus produk besar yang dimainkan di seluruh ekosistem perangkat kerasnya, kami percaya kisah permintaan yang terpendam untuk Cupertino masih diremehkan oleh investor dengan masalah chip masalah sementara menurut kami," terang Ives dalam catatannya.

Related Topics