Jakarta, FORTUNE - Saham Revlon Inc meroket 62,47 persen pada akhir perdagangan Selasa (21/6) waktu Amerika Serikat, di tengah kabar kebangkrutan yang berembus kencang belakangan ini. Bahkan, dalam sepekan terakhir, saham sang perusahaan kosmetik melesat 218,95 persen.
Mengutip Google Finance, Rabu (22/6), saham yang diperdagangkan di Bursa New York (NYSE) itu bergerak di rentang harga US$3,73 hingga US$6,95. Rata-rata volume saham adalah 12,4 juta, dengan kapitalisasi US$330,5 juta.
Berdasarkan data Bloomberg, saham Revlon sudah diperdagangkan lebih dari 183 juta lembar atau 31 kali lebih tinggi dari volume rata-rata sepanjang tiga bulan belakangan. Bahkan, semenjak perusahaan itu terperosok ke titik terendah—sepanjang masa—pada 13 Juni, sahamnya telah terbang 461 persen. Tercatat, ada sekitar 538 juta saham berpindah tangan.
Fenomena itu berlangsung ketika Revlon disebut bakal gulung tikar. Usut punya usut, investor ritel punya peran penting di balik lonjakan saham Revlon Inc. Khususnya, di tengah kenaikan 2,5 persen dari Indeks S&P 500.
Pertanyaannya, mengapa para investor banyak memborong saham Revlon?