Jakarta, FORTUNE – Usai serangan drone yang diluncurkan oleh Iran terhadap Israel pada Minggu (14/4), pasar mata uang kripto mengalami fluktuasi. Hal tersebut ditandai dengan penurunan harga Bitcoin (BTC) di bawah US$70.000, menuju US$60.500 atau Rp 974,02 juta (kurs Rp16.099,51 per dolar AS).
Newsbtc.com melaporkan bahwa harga BTC yang diperdagangkan lebih rendah dari US$65.500 dengan rerata pergerakan sederhana 100 jam.
Menurut laporan yang ditulis Senior Forex, Cryptocurrencies, and Financial Market Strategist, Aatush Jindal, ada pembentukan saluran naik utama dengan resistensi pada US$65.850 pada grafik per jam dari pasangan BTC/USD.
“Pasangan ini bisa mendapatkan momentum bullish jika menembus zona resistensi $66000,” ujar Jindal dikutip newsbtc.com, Senin (15/4).
Menurutnya, resistensi terdekat berada di dekat level US$65.800. Ada juga saluran naik utama yang terbentuk dengan resistensi pada US$65.850 pada grafik per jam dari pasangan BTC/USD.
“Jika Bitcoin gagal naik di atas zona resistensi US$66.850, Bitcoin dapat memulai penurunan lagi. Support langsung pada sisi bawah berada di dekat level US$64.500,” kata Jindal.
Kripto merupakan aset yang berisiko dan sangat terdampak oleh berbagai ketegangan geopolitik, seperti yang sebelumnya terjadi antara Rusia dan Ukraina. Biasanya, dalam situasi geopolitik yang tegang, para investor akan memilih menanam uang pada aset safe haven seperti emas dan dolar AS.