Sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (12/11), melambungnya harga emas dunia diperkirakan akibat kekhawatiran terhadap nilai inflasi yang tinggi—terutama dipicu kenaikan indeks harga konsumen di Amerika Serikat. Di saat sama, bank sentral AS juga masih mempertahankan tingkat suku bunga acuan tetap rendah hingga kini.
Analis dari Societe Generale memperkirakan harga emas dunia akan mencapai kisaran U$1.950 per troy ounce pada kuartal pertama 2022. Kondisi ini mengingat “komitmen baru” dari bank Sentral AS untuk mendukung ekonomi sembari melepaskan laju inflasi lebih tinggi.
“Harga emas dunia ini dalam dua bulan ke depan sudah kelihatan arahnya mengalami penguatan,” kata Analis sekaligus Direktur TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, kepada Fortune Indonesia, Senin (15/11). “Memang masih bertahan di level US1.800an per troy ounce, tapi kemungkinan akan kembali menguat ke US$1900an per troy ounce di akhir 2021.”
Selain soal tren inflasi tinggi, kata Ibrahim, harga emas juga menguat akibat dipengaruhi sentimen perekonomian Tiongkok yang tengah tersangkut krisis properti dan krisis energi. Itu juga belum termasuk kabar kenaikan kasus COVID-19 di wilayah ekonomi Eropa.
Ibrahim memperkirakan harga emas pada 2022 bisa mencapai US$1.700 per troy ounce (support) hingga US$2.100 per troy ounce. Proyeksi ini sejalan dengan risiko kenaikan kasus virus corona global, keputusan suku bunga bank sentral AS, serta penggelontoran kembali stimulus pandemi di banyak negara.