Harga Emas Rebound Didukung Pelemahan Dolar, Simak Proyeksi Ke Depan

Intinya sih...
Harga emas (XAU/US$) rebound 1,37% ke US$3.348 per ounce troy.
Pelemahan dolar AS dan meningkatnya minat investor terhadap aset safe haven mendukung harga emas.
Pergerakan harga emas masih fluktuatif seiring pasar menantikan data ekonomi penting dari AS, termasuk laporan NFP.
Jakarta, FORTUNE - Harga emas global (XAU/US$) rebound setelah mengalami pelemahan beberapa hari terakhir. Pada perdagangan Selasa (1/6) pukul 17:51 EIB, harga emas mencatatkan kenaikan harga sebesar 1,37 persen ke level US$3.348 per ounce troy.
Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha mengatakan, penguatan harga emas salah satunya didorong oleh melemahnya dolar Amerika Serikat (AS) dan meningkatnya minat investor terhadap aset safe haven menjelang serangkaian data ekonomi penting dari Amerika Serikat, termasuk laporan ketenagakerjaan Nonfarm Payrolls (NFP) yang menjadi fokus utama pasar. Selain itu, harga emas diperkuat dengan melemahnya Greenback yang diperdagangkan di dekat level terendah sejak Februari 2022.
"Pelemahan Dolar AS terjadi di tengah meningkatnya spekulasi politik di Negeri Paman Sam, di mana Presiden Donald Trump dikabarkan akan mengumumkan calon Ketua Federal Reserve yang baru pada September atau Oktober. Ketidakpastian arah kebijakan moneter membuat investor lebih berhati-hati dan mendorong permintaan terhadap emas sebagai aset lindung nilai," ujar Andy kepada Fortune Indonesia, Selas (1/7).
Secara teknikal, Andy menilai pergerakan ni masih cukup sehat walaupun masih dibayangi ketidakpastian global. Ia menjelaskan ada pola candlestick bullish yang terbentuk didukung oleh sinyal Moving Average yang mulai mengarah ke atas, mengindikasikan peluang penguatan lanjutan pada XAU/US$.
Pelemahan Dolar AS dan turunnya imbal hasil obligasi pemerintah AS menjadi faktor utama yang menopang harga emas. Tercatat, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun turun tiga basis poin ke level 4,242 persen, sementara imbal hasil riil AS juga melemah ke 1,952 persen.
Namun demikian, Andy mengingatkan bahwa pergerakan emas masih berpotensi fluktuatif seiring pasar menantikan sejumlah data ekonomi penting dari AS, terutama laporan NFP yang akan dirilis akhir pekan ini.
"Data NFP akan menjadi petunjuk penting arah kebijakan suku bunga The Fed. Jika data tenaga kerja melemah, ekspektasi pemangkasan suku bunga akan meningkat, sehingga harga emas berpeluang melanjutkan tren bullish," ujarnya.
Selain NFP, investor mencermati rilis data PMI Manufaktur ISM, laporan ketenagakerjaan ADP, serta klaim pengangguran mingguan yang diperkirakan turut memengaruhi sentimen pasar dalam waktu dekat.
Sementara itu ketegangan yang sempat meningkat di Timur Tengah mulai mereda, ditambah dengan sinyal positif dari negosiasi perdagangan antara AS dan Tiongkok turut memberikan stabilitas di pasar keuangan global.
Dengan sinyal teknikal yang mengindikasikan tren bullish serta ketidakpastian global yang masih tinggi, Andy mencermati pergerakan harga emas dan potensi peluang jangka pendek, terutama menjelang rilis data NFP yang akan menjadi penentu sentimen pasar berikutnya.