Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan harga emas pada sepanjang tahun ini relatif menurun akibat ketidakpastian ekonomi akibat krisis pandemi Covid-19 yang mulai mengendur. Menurutnya, ini seiring dengan kebijakan pelonggaran pembatasan sosial di pelbagai negara serta pelaksanaan vaksinasi massal.
Ibrahim memperkirakan, harga emas pada sisa akhir tahun ini sebenarnya masih akan fluktuatif. Fluktuasi harga emas ini, kata dia, akan dipengaruhi oleh sejumlah sentimen. Ada sentimen yang bisa membuat harga emas melemah dan begitu pula sebaliknya.
Sentimen utama yang akan ditunggu oleh para investor yakni rencana tapering off kenaikan suku bunga serta pengurangan pembelian obligasi dari bank sentral Amerika Serikat (AS). Kabar kebijakan ini sudah ramai dibicarakan dalam beberapa waktu belakangan namun diperkirakan baru akan terjadi pada tahun depan. Kata Ibrahim, ini akan menjadi sentimen negatif bagi harga emas.
“Kebijakan bank sentral AS ini bisa membuat emas terkoreksi,” kata Ibrahim kepada Fortune Indonesia, Rabu (6/10). “Tapi terkoreksinya ini masih konservatif dengan perkiraan tidak menyentuh di bawah US$1.600 per troy ounce. Bahkan, ada kemungkinan di kuartal keempat level terendahnya itu di US$1700 dan bisa naik kembali.”
Ibrahim menambahkan, sementara sentimen positif yang bisa membuat harga emas naik antara lain: kabar belanja infrastruktur AS senilai US$1,2 triliun, masalah jatuh tempo obligasi AS, dan krisis properti Evergrande di Cina. Tak hanya itu, kabar terjadinya perang dagang antara Cina dengan AS juga bisa menjadi pemicu kenaikan harga safe haven tersebut.
“Kabar perang dagang antara AS dan Cina yang kembali ramai ini bisa membuat harga emas menguat. Harga emas bisa mencapai US$1.900 per troy ounce meskipun sangat sulit untuk menembus US$2.000 per troy ounce,” katanya.
Untuk tren harga emas dalam negeri, menurut Ibrahim, diperkirakan mengalami tren yang sama fluktuatifnya dengan harga emas dunia. Namun, lanjutnya, tren harga emas Antam ini juga akan terpengaruh stabilitas nilai tukar rupiah. “Kalau rupiah melemah cukup tajam ini akan membawa harga logam mulia menguat,” katanya.