Jakarta, FORTUNE - Harga emas mempertahankan kenaikannya. Ini terjadi seiring berakhirnya shutdown atau penutupan pemerintah Amerika Serikat.
Dilansir dari Reuters, harga emas spot naik 0,7 persen menjadi US$4.227,15 per ons pada pukul 08.09 GMT, level tertinggi sejak 21 Oktober. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS untuk pengiriman Desember menguat 0,4 persen ke posisi US$4.232,30 per ons.
“Logam mulia ikut menguat bersama pasar ekuitas, karena pelaku pasar tetap bersikap dovish. Penyelesaian shutdown AS tidak akan mengubah arah pasar secara signifikan, justru berpotensi menambah tingkat utang pemerintah,” ujar Hugo Pascal, pedagang logam mulia di InProved, dikutip melalui Reuters, Selasa (13/11).
Permintaan fisik untuk perak dan emas tetap menguat, sementara indikator ekonomi AS terkini menunjukkan melemahnya pertumbuhan, kombinasi yang menguntungkan bagi harga logam.
Presiden AS Donald Trump menandatangani undang-undang yang mengakhiri penutupan pemerintah (shutdown) selama 43 hari, penutupan terpanjang dalam sejarah Amerika. Kondisi ini sempat menunda rilis data ekonomi penting, termasuk laporan ketenagakerjaan dan inflasi.
Dengan disahkannya undang-undang tersebut, aktivitas pemerintahan mulai kembali berjalan normal. Pegawai federal dijadwalkan kembali bekerja pada Kamis (13/11) waktu setempat, meski begitu proses pemulihan operasional diperkirakan membutuhkan beberapa hari hingga pekan karena banyaknya pekerjaan yang tertunda sejak 1 Oktober.
Secara teknikal, analis pasar dari Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha mengatakan formasi candlestick harian menunjukkan pola bullish yang semakin kokoh, sementara indikator Moving Average (MA) juga menegaskan arah tren naik yang konsisten.
"Jika tekanan beli (bullish) terus berlanjut, emas berpotensi menguji area resistensi berikutnya di $4.267," kata Andy kepada Fortune Indonesia.
Secara keseluruhan, analis Andy Nugraha menilai bahwa arah emas masih cenderung positif dengan peluang kenaikan tetap terbuka selama harga mampu bertahan di atas area support U$4.122.
Kombinasi dari tekanan teknikal bullish, harapan penurunan suku bunga, serta stabilitas politik AS menjadi katalis utama yang menjaga sentimen optimis terhadap logam mulia ini.
