Jakarta, FORTUNE - Harga emas terus mengalami kenaikan. Menanggapi kondisi ini, Direktur Investor Relations PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA), Thendra Crisnanda, menilai sejumlah sentimen akan terus mendukung tren pasar emas, yang diperkirakan memberikan peluang baik bagi investor maupun konsumen.
"Kebijakan moneter global, pelemahan mata uang, dan tingginya pembelian emas oleh bank sentral menjadi katalis utama. Di sisi domestik, pelemahan rupiah semakin memperkuat peran emas sebagai aset lindung nilai, sehingga kami melihat momentum pertumbuhan yang kuat hingga akhir tahun," ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (6/10).
Terkait proyeksi ke depan, HRTA melihat pasar akan menantikan sejumlah agenda penting. Pertemuan Fed pada akhir Oktober atau awal November berpotensi membuka ruang penurunan suku bunga lebih lanjut jika data ekonomi Amerika Serikat mash menunjukkan perlambatan.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) juga akan menggelar rapat pertengahan Oktober dengan opsi menjaga stabilitas rupiah sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi. Apabila kedua bank sentral memutuskan melanjutkan penurunan suku bunga, harga emas berpotensi kembali melesat ke level lebih tinggi.
Direktur Utama HRTA, Sandra Sunanto, menegaskan momentum harga emas dunia juga menegaskan posisi emas sebagai aset yang paling tahan pada gejolak global
"Bagi kami di HRTA, hal ini memperkuat visi bahwa emas tidak hanya berfungsi sebagai instrumen lindung nilai, tetapi juga bagian dari perencanaan keuangan jangka panjang keluarga Indonesia," katanya.
Harga emas dunia hingga September 2025 kembali mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah dengan menembus lebih dari US$3.800/oz.
Rata-rata harga emas pada September mencapai US$3.663/oz atau setara Rp1.945.864/gram. Menurut catatan HRTA, jika dibandingkan dengan tahun lalu, harga emas dalam dolar AS meningkat 39,31 persen (YoY), sementara dalam rupiah melonjak lebih tinggi hingga 51,69 persen (YoY) akibat pelemahan kurs.
Secara bulanan, harga emas lokal September telah naik 10,42 persen secara bulanan.
Berdasarkan data yang dikumpulkan perusahaan dari berbagai sumber, kenaikan tajam ini dipicu oleh sejumlah faktor global.
Kebijakan Fed yang lebih dovish dengan penurunan suku bunga 25 bps, pelemahan dolar AS di sebagian besar negara, serta tensi geopolitik dan perang dagang yang berkelanjutan mendorong investor global memilih emas sebagai aset lindung nilai. Bank sentral dunia pun terus meningkatkan cadangan emas, dengan pembelian lebih dari 1.000 ton per tahun sejak 2022.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia memangkas suku bunga 25 bps menjadi 4,75 persen pada September, yang dinilai makin memperkuat daya tarik emas.
Kondisi tersebut membuat permintaan emas domestik meningkat signifikan. Data World Gold Council mencatat permintaan emas di Indonesia pada paruh pertama 2025 tumbuh 20,87 persen (YoY) menjadi 21,2 ton, didominasi permintaan emas batangan.
HRTA membukukan penjualan 8,1 ton emas batangan pada periode hingga September 2025, melonjak 76,86 persen dari tahun sebelumnya.
Harga terbaru HRTA Gold per 6 Oktober 2025, pukul 08.41 WIB mencapai Rp2.217.000 per gram.