Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
ilustrasi kilang minyak (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi kilang minyak (pexels.com/Pixabay)

Intinya sih...

  • Harga minyak global melonjak 2,5 persen setelah AS memberi sanksi kepada perusahaan minyak Rusia.

  • Kenaikan harga dipicu kekhawatiran atas potensi ganguan pasokan minyak karena sanksi AS langsung menargetkan dua perusahaan minyak terbesar di Rusia.

  • Departemen Keuangan AS siap mengambil tindakan lebih lanjut bila Rusia tidak segera menyetujui gencatan senjata dalam perang di Ukraina.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Harga minyak global melonjak hingga 2,5 persen dalam sehari, usai Amerika Serikat memberikan sanksi kepada dua perusahaan minyak Rusia. Sanksi tersebut diberikan sebagai upaya menekan pendapatan Rusia yang digunakan untuk mendanai perang di Ukraina.

Dilansir dari Reuters, kontrak berjangka minyak jenis Brent naik sekitar 2,49 persen menjadi US$64,15 per barel. Sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 2,62 persen menjadi US$60,03 per barel.

Kenaikan ini salah satunya disebabkan adanya kekhawatiran investor soal potensi ganguan pasokan minyak usai AS langsung menargetkan sanksi kepada dua perusahaan minyak tebesar di Rusia, Rosneft dan Lukoil. Departemen Keuangan AS menegaskan siap mengambil tindakan lebih lanjut bila Rusia tidak segera menyetujui gencatan senjata dalam perang di Ukraina. Bessent juga mendorong para sekutu untuk bergabung dan mematuhi sanksi tersebut.

"Mengingat penolakan Presiden Putin untuk mengakhiri perang yang tidak masuk akal ini, Departemen Keuangan memberikan sanksi kepada dua perusahaan minyak terbesar Rusia yang mendanai mesin perang Kremlin," ujar Menteri Keuangan Scott Bessent, dikutip dari Reuters, Kamis (23/10).

Sanksi tersebut merupakan perubahan kebijakan besar bagi Trump, yang sebelumnya cenderung menahan diri untuk tidak menjatuhkan hukuman langsung kepada Rusia atas invasinya ke Ukraina, dan justru lebih memilih menekan lewat kebijakan perdagangan. Pada awal tahun ini, Trump memberlakukan tarif tambahan sebesar 25 persen terhadap berbagai produk asal India sebagai respons atas keputusan negara tersebut membeli minyak Rusia dengan harga murah.

Namun upaya ini tidak membuahkan hasil. Pengumuman sanksi pun muncul satu hari setelah Trump mengatakan pertemuan yang direncanakan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Budapest akan ditunda tanpa batas waktu.

"Setiap kali saya berbicara dengan Vladimir, saya selalu mendapatkan hasil yang baik, tetapi setelah itu, pembicaraan mereka tidak menghasilkan apa-apa," kata Presiden Donald Trump setelah pertemuan dengan Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte untuk membahas negosiasi perdamaian, dikutip dari BBC News, Kamis (23/10).

Sebelumnya, Rusia melancarkan serangan bom besar-besaran ke Ukraina yang menewaskan sedikitnya tujuh orang, termasuk anak-anak.

Kedutaan Besar Rusia di London merespon aksi Trump dengan mengatakan sanksi kepada perusahaan energi terbesar itu akan akan mengganggu pasokan bahan bakar global dan menaikkan biaya di seluruh dunia.

Kedua perusahaan minyak Rusia tersebut diketahui telah mengekspor 3,1 juta barel minyak per hari. Perusahaan Rosneft bertanggung jawab atas hampir separuh dari seluruh produksi minyak Rusia, yang setara dengan 6 persen dari produksi global, menurut perkiraan pemerintah Inggris. Pelanggan terbesar migas ini adalah Tiongkok, India, dan Turki.

Editorial Team

EditorEkarina .