Jakarta, FORTUNE – Memasuki April, kinerja Bitcoin perlahan tapi pasti terus merosot. Menurut data dari coinmarketcap, Selasa (12/4) pagi, harga aset kripto tersebut kini jatuh di posisi US$39 ribu. Sedangkan, pekan sebelumnya nilai Bitcoin masih berada di lebih dari US$46 ribu.
Jika dibandingkan secara tahunan (year-on-year/yoy), harga aset kripto dengan kapitalisasi terbesar ini bahkan terkoreksi sebesar 33,9 persen dari sebelumnya lebih dari US$59 ribu.
Arthur Hayes, salah satu pendiri platform perdagangan aset kripto BitMex, menaksir penurunan harga Bitcoin ini akan berlanjut. Dia bahkan memperkirakan nilai aset digital ini akan ambles ke US$30 ribuan pada Juni mendatang.
Perkiraaan Hayes ini berdasar atas kinerja Bitcoin yang kerap kali sejalan dengan performa indeks saham teknologi di bursa saham Amerika Serikat (AS).
Saat ini, pasar sangat mencermati ekspektasi kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS (The Fed). Sentimen tersebut telah membebani baik pasar aset kripto maupun saham-sama teknologi. Ambil misal, indeks Nasdaq 100 pekan lalu telah terkoreksi 3,6 persen.
“Ada banyak pakar kripto yang percaya yang terburuk sudah berakhir,” kata Hayes dalam sebuah unggahan blog, seperti dikutip dari Fortune.com, Senin (11/4). “Saya percaya mereka mengabaikan kebenaran yang tidak menyenangkan bahwa harga kripto saat ini merupakan indikator untuk S&P 500 dan Nasdaq 100.”
Kombinasi melemahnya pertumbuhan global dan bank sentral yang kurang akomodatif akan berdampak ke saham teknologi, kata Hayes. Selanjutya, sentimen negatif tersebut akan meluas ke bursa aset kripto.
Sebelumnya, The Fed mengumumkan mulai Mei akan secara agresif memulai kebijakan penyesuaian neraca yang agresif. Bank Sentral AS sesungguhnya telah memperketat kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 0,25 persen sampai 0,5 persen, Kamis (17/3).