Jakarta, FORTUNE - Emiten perhiasan emas, PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA), memproyeksikan pertumbuhan pendapatan sebesar 48 persen menjadi Rp18,8 triliun dari tahun sebelumnya, serta laba bersih sebesar 39,34 persen. Target pendapatan tersebut juga lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yang dipatok sebesar 30 persen serta laba bersih 15 persen.
Direktur Utama PT Hartadinata Abadi, Sandra Sunanto optimistis permintaan emas batangan dan emas perhiasan akan tetap tinggi di pasar domestik maupun ekspor, kendati harga emas terus mencapai level tertinggi.
“Meski emas mencapai nilai yang cukup tinggi saat ini, namun tetap emas masih menjadi safe haven. Dengan kondisi ini konsumen yang melakukan buyback juga tidak besar. Sehingga dampaknya diharapkan tidak terlalu besar,” kata Sandra dalam paparan publik virtual, Rabu (24/4).
Untuk mencapai target, perseroan juga akan melakukan sejumlah strategi. HRTA akan membuka sekitar 20 gerai baru, sehingga akhir tahun jumlahnya akan mencapai 100 gerai, tumbuh dari akhir 2023, sebanyak 83 gerai ritel.
Untuk mendukung ekspansi itu, HRTA berencana menganggarkan belanja modal atau capex Rp70 miliar. Dana itu juga akan digunakan untuk pembelian permesinan dan peralatan.
HRTA juga berencana memperluas pasar ekspornya di luar India dan Timur Tengah. “Kami membidik perluasan ekspor perhiasan ke Thailand, Vietnam, Singapura, Amerika Serikat dan Eropa meskipun pasarnya memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan di India dan Timteng,” kata Sandra.
HRTA juga mengungkapkan strategi bisnis ke depannya, termasuk strategi untuk menurunkan cost of fund dengan melakukan refinancing obligasi sebelumnya dengan tingkat bunga lebih rendah. Selain itu HRTA juga berencana memperluas mitra ekspor, mengembangkan pembiayaan ekuitas, dan bekerjasama dengan penambang lokal.
“Kami juga berharap hingga 2028 perusahaan bisa meningkatkan arus kas kami. Salah satu yang sangat penting buat kami adalah mengamankan bahan baku kami,” katanya.
Saat ini, HRTA gencar menginisiasi kemitraan dengan penambang lokal di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dan permintaan perhiasan di domestik maupun ekspor. Dalam jangka panjang, tentu kami akan terus melakukan product balancing antara produk emas batangan dengan perhiasan, serta meningkatkan kontribusi ritel dan pasar dalam negeri.