Jakarta, FORTUNE - Tim analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia (MASI) memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat mencapai level 10.500 pada 2026. Katalisnya adalah stabilitas ekonomi makro, penguatan konsumsi domestik, serta prospek komoditas yang masih konstruktif.
Proyeksi tersebut lebih tinggi hampir 20,7 persen dari target IHSG MASI pada 2025, yakni 8.700. Pada penutupan sesi I, Jumat (5/12), IHSG menguat 0,18 persen di level 8.655,98.
Faktor yang melandasi proyeksi itu adalah akselerasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal-IV 2025 dan kuartal-I 2026. "Karena ada faktor musiman, ramadan dan lebaran itu akan maju ke kuartal-I 2026, kami memprediksi pertumbuhan ekonomi di 2026 sekitar 5,3 persen," kata Chief Economist & Head of Research Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto dalam acara Market Outlook 2026, dikutip Jumat.
Selain itu, ekspektasi pemangkasan suku bunga pun turut menjadi sentimen positif. Khususnya FFR (Fed Fund Rate), yang diperkirakan bisa turun setidaknya 2 kali lagi pada 2026. Hal tersebut dinilai akan memberi Bank Indonesia (BI) ruang untuk memangkas suku bunganya juga.
Faktor lainnya adalah proyeksi pertumbuhan kredit hingga 10 persen pada 2026. Hal tersebut diharapkan dapat mendorong pertumbuhan sektor perbankan.
Lebih lanjut, sinergi yang semakin kuat antara kebijakan fiskal dan moneter, potensi penguatan rupiah, serta dorongan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi fondasi utama bagi sentimen pasar dan pertumbuhan ekonomi nasional tahun depan.
"Sektor komoditas khususnya emas, batu bara, dan nikel diproyeksikan tetap memainkan peran strategis dalam menopang kinerja eksternal Indonesia dan memberikan peluang investasi bagi pelaku pasar," kata Rully.
Kendati demikian, dalam jangka pendek, pasar mesti mewaspadai tantangan yang datang dari fluktuasi nilai tukar rupiah. MASI sendiri memproyeksikan rupiah menguat menuju Rp16.500 per dolat Amerika Serikat (AS) pada akhir 2026, seiring melemahnya indeks DXY.
Sektor-sektor yang MASI soroti pada 2026, mencakup: peternakan (poultry), komoditas strategis (emas, nikel, dan batu bara), serta telekomunikasi. Saham-saham pilihan mereka adalah DEWA, BRPT, BRMS, EXCL, dan JPFA.
Sebelum ini, J.P. Morgan juga menargetkan IHSG dapat menyentuh 10.000 dalam skenario bullish-nya. Namun, dalam skenario base, IHSG diproyeksi akan mengakhiri perdagangan 2026 di level 9.200.
Katalisnya adalah proyeksi kenaikan belanja pemerintah, baik dari segi fiskal maupun Danantara. Faktor tersebut dapat berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan konsumsi domestik.
