Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan terkoreksi pada Kamis (25/9), setelah ditutup naik 0,02 persen kemarin sore.
Technical Analyst BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS), Reza Diofanda, mengatakan, secara teknikal, tren IHSG masih bullish, walaupun muncul aksi profit taking pada sejumlah saham yang sudah reli signifikan.
"IHSG berpotensi tertekan oleh pelemahan rupiah yang mendekati Rp16.700 per dolar Amerika Serikat (AS)," kata Reza dalam riset hariannya.
Ia memproyeksikan IHSG hari ini akan bergerak di kisaran support 8.000 dan resisten 8.281. Daftar saham dalam pantauan BRIDS hari ini, meliputi: BUMI, NCKL, dan DKFT.
Kemarin, bersamaan dengan kenaikan tipis IHSG, BRIDS mencatatkan aksi jual asing atau net foreign sell mencapai Rp714 miliar.
Sementara itu, Phintraco Sekuritas memprediksi IHSG hari ini melaju fluktuatif di rentang 8.070 sampai dengan 8.170. Saham-saham pilihan mereka, mencakup: ERAA, PGAS, EXCL, CBDK, dan BBRI.
Tim riset Phintraco Sekuritas menjelaskan, secara teknikal, indikator Stochastic RSI berada di area overbought. Sedangkan histogram MACD masih positif, namun volume jual mulai meningkat.
Jika mampu menembus level resisten di 8.170, maka IHSG diperkirakan berpotensi menguji level psikologis 8.200. "Namun jika IHSG tidak mampu bertahan di atas level 8.070, diperkirakan akan menguji level support di 8.020 sampai dengan 8.050," demikian catatan Phintraco Sekuritas dalam riset hariannya.
Dari global (25/9), akan dirilis data Gfk Consumer Confidence Jerman bulan Oktober 2025 dengan perkiraan sedikit membaik pada level -23,3 dari -23,6 pada September 2025. Sedangkan dari AS akan dirilis data durable goods orders pada Agustus 2025 yang diperkirakan menurun 0,5 persen (MoM), membaik dari penurunan 2,8 persen (MoM) pada Juli 2025. Selain itu akan dirilis pertumbuhan GDP kuartal-II 2025 final yang diperkirakan sebesar 3,3 persen (QoQ) dari -0,5 persen (QoQ) pada kuartal-I 2025.
Kemarin, IHSG sempat menyentuh level intraday tertinggi baru di level 8.169. Rupiah kembali cenderung melemah terhadap dolar AS, mengikuti arah pergerakan indeks USD yang cenderung menguat dan mayoritas mata uang Asia yang melemah terhadap dolar AS (24/9).
Sementara itu, Danantara Indonesia meraih rating AAA dari Fitch yang menjadi persiapan penerbitan Patriot Bonds senilai Rp50 triliun. Hal ini menjadi langkah awal bagi pembiayaan strategis. Patriot Bonds diharapkan menjadi bagian dari strategi pendanaan jangka panjang dalam mendukung perekonomian domestik.