Setelah mencetak rekor harga beberapa waktu lalu, harga emas dunia mulai terkoreksi. Dalam data yang dilansir Reuters pada Selasa (13/5), harga emas di pasar spot turun sekitar 3% ke level US$3.225,28 per troy ounce. Sedangkan emas berjangka AS turun 3,5% ke US$3.228 per troy ounce.
Penurunan ini terjadi usai tercapainya kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan China, sehingga mengurangi kekhawatiran pasar terhadap aset-aset safe haven seperti emas.
Di dalam negeri, harga emas batangan Logam Mulia Antam 24 Karat per 13 Mei 2025 tercatat Rp1.884.000 per gram. Meskipun angka tersebut masih tinggi, tren penurunan global mulai memengaruhi sentimen pasar dalam negeri.
Meski begitu, banyak analis menilai bahwa emas tetap relevan sebagai instrumen penyimpan nilai jangka panjang.
Dalam laporan yang dikutip CBS News, emas disebut sebagai salah satu aset yang mampu mempertahankan nilainya selama berabad-abad, bahkan di tengah krisis ekonomi global. Sebaliknya, nilai uang tunai lebih rentan terhadap penurunan daya beli akibat inflasi dan ketidakstabilan ekonomi.
CBS News menambahkan, emas cenderung naik nilainya saat inflasi tinggi. Oleh karena itu, emas bisa melindungi kekayaan dari depresiasi nilai mata uang.
Namun, emas bukan tanpa risiko. Fluktuasi harga jangka pendek, biaya penyimpanan, dan biaya transaksi menjadi tantangan tersendiri bagi investor, terutama yang berorientasi pada keuntungan cepat.