Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Layar yang menampilkan gerak IHSG. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi melemah secara teknikal pada Jumat (4/7), setelah ditutup turun 0,05 persen pada akhir perdagangan Kamis (3/7).

Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova mengatakan IHSG ditutup masih di bawah garis SMA-10 pada hari Kamis, yang mengindikasikan kemungkinan untuk menguji kembali support Fibonacci di level 6.813.

Adanya penembusan di bawah level tersebut akan membuka peluang untuk ekstensi koreksi sebelumnya menuju 6.690, terlebih jika IHSG turun di bawah 6748. "Namun, selama IHSG masih di atas 6.813, IHSG cenderung akan berkonsolidasi," kata Ivan dalam riset hariannya.

Level support IHSG berada di 6.813, 6.748, 6.690, dan 6.640, sementara level resistennya di 6.953, 7.018, 7.080, dan 7.122. Indikator MACD menunjukkan adanya momentum bearish. Saham-saham yang Ivan soroti hari ini adalah GOTO, ICBP, INCO, INKP, dan MBMA.

Di lain sisi, Phintraco Sekuritas memproyeksikan IHSG hari ini melaju di rentang support 6.800, pivot 6.900, dan resisten 6.950. Daftar saham yang Phintraco Sekuritas soroti hari ini, meliputi: PGEO, JPFA, ESSA, MBMA, dan KLBF.

Analis Phintraco Sekuritas, Ratna Lim mengatakan indeks bergerak dalam kisaran sempit dengan volume dan nilai transaksi yang lebih rendah dari rata-rata harian. Hal itu mengindikasikan investor cenderung wait and see, menantikan perkembangan terbaru.

Selain itu, likuiditas disebut terserap oleh masifnya penawaran IPO dalam waktu bersamaan. "Secara teknikal, indikator MACD dan Stochastic RSI belum menunjukkan momentum beli yang kuat. Diperkirakan IHSG masih cenderung konsolidasi di rentang 6.830-6.950," kata Ratna dalam risetnya.

Dengan data nonfarm payrolls Amerika Serikat (AS) pada Juni yang mengalami kenaikan di atas estimasi, maka peluang penurunan suku bunga The Fed pada bulan Juli ini akan semakin kecil. Investor juga akan mencermati perkembangan negosiasi dagang antara AS dengan para mitra dagangnya, termasuk Indonesia, menjelang batas waktu pemberlakuan tarif resiprokal pada 9 Juli 2025.

"Selain itu pasar juga akan menantikan perkembangan RUU pajak AS dan dampaknya terhadap pergerakan arus dana investasi global," ujar Ratna.

Editorial Team