Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
639021674232575158.jpg
Penandatanganan kemitraan strategis antara PT Indosat Tbk (ISAT), Arsari Group, dan Northstar Group. (Dok. Indosat)

Jakarta, FORTUNE - Emiten telekomunikasi PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) baru saja mengumumkan pendirian perusahaan kongsi di bidang serat optik digital bersama Arsari Group dan Northstar Group, FiberCo. Bagaimana prospek pertumbuhan ISAT setelah adanya langkah tersebut?

Melalui transaksi itu, Indosat akan mengalihkan aset serat optiknya ke FiberCo Raya, dengan nilai sekitar Rp14,6 triliun. Dengan demikian, perseroan dapat memonetisasi aset itu sekaligus mempertahankan sekitar 45 persen kepemilikan atas FiberCo.

"Inisiatif ini mendukung transformasi Indosat menuju perusahaan berbasis AI, sekaligus berkontribusi bagi kemajuan industri," ujar President Director & CEO Indosat Ooreedo Hutchison, Vikram Sinha, dalam keterangannya, dikutip Rabu (24/12).

Sebagai konteks, FiberCo nantinya akan mengoperasikan jaringan serat optik yang terintegrasi dan komprehensif sepanjang lebih dari 86.000 kilometer. Itu mencakup jaringan backbone, kabel laut domestik, serta akses infrastruktur yang menghubungkan menara telekomunikasi dan kawasan bisnis.

Komposisi jaringan FiberCo mencakup 45 persen di Pulau Jawa dan 55 persen di luar Pulau Jawa. Platformnya akan beroperasi dengan model open-access.

Deputy CEO & COO Arsari Group, Aryo P.S. Djojohadikusumo, mengatakan, lewat kolaborasi itu, Arsari Group berkomitmen menjadi bagian dari tulang punggung fisik pada fase pertumbuhan Indonesia berikutnya. Infrastruktur digital akan mendukung produktivitas sektor usaha, memperluas inklusi digital, meningkatkan layanan publik, serta mendorong munculnya aktivitas ekonomi berbasis AI.

"Kemitraan ini juga menandai perluasan portofolio Arsari Group ke sektor infrastruktur digital, dengan keyakinan konektivitas kini sama fundamentalnya bagi ketahanan ekonomi seperti halnya energi dan logistik fisik," kata Aryo.

BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) menilai, langkah ISAT tersebut menghadirkan potensi peningkatan nilai signifikan, dengan estimasi valuasi sebesar US$1 miliar. Itu berarti sekitar 12,7 kali dari EV/EBITDA perseroan.

"Strategi ini memungkinkan ISAT untuk fokus pada penguatan bisnis inti, [jaringan] selulernya," kata Analis BRIDS, Kafi Ananta dan Erindra Krisnawan, dalam risetnya, Desember 2025.

BRIDS memproyeksikan pendapatan ISAT bertumbuh sekitar 5,2 persen (YoY). Proyeksi itu dilandasi oleh asumsi pertumbuhan segmen bisnis seluler sebesar 3,6 persen (YoY) dan kontribusi sekitar US$70 juta dari segmen GPUaaS (GPU-as-a-Service). Kombinasi kontribusi keduanya diperkirakan dapat mendorong kenaikan 11,4 persen pada proyeksi laba bersih ISAT di 2026.

Lebih lanjut, BRIDS juga melihat peluang kenaikan signifikan pada pendapatan data ISAT, yang saat ini berada di harga Rp2.300 per GB. BRIDS mencatat, itu angka terendah di antara para kompetitor dan masih dijual dengan diskon 13 persen dari rata-rata harga tahunannya.

"Manajemen juga sangat fokus pada monetisasi trafik lewat personalisasi berbasis AI. Dikombinasi dengan kondisi pasar yang lebih rasional setelah konsolidasi [di industri], kami memperkirakan ARPU ISAT akan meningkat 1,6 persen (YoY) menjadi Rp39.300 pada 2026," kata Kafi dan Erindra.

BRIDS menetapkan target harga Rp3.000 untuk ISAT, lebih tinggi 25 persen dari harga saham ISAT pada Rabu pukul 14.25 WIB, yakni Rp2.400.

Editorial Team