Jakarta, FORTUNE - Seandainya Indonesia dapat menentukan harga komoditasnya sendiri, bakal ada dampak berganda yang bermanfaat bagi perekonomian. Multiplier effect itu bisa membawa efisiensi harga, terbukanya akses finansial bagi perusahaan komoditas, pengambilan keputusan yang lebih berbasis data, hingga melahirkan sebuah kebanggaan. Namun, kapan angan itu bisa menjadi kenyataan?
Menjawab pertanyaan itu, Direktur Utama Bursa Berjangka Jakarta, Stephanus Paulus Lumintang, mengatakan butuh waktu untuk bisa menentukan harga setiap komoditas. Terpenting, tak semua komoditas bisa ditentukan harganya oleh Indonesia.
Namun, Indonesia berpeluang menentukan harga komoditas CPO, olein, timah karena produksi yang melimpah. “Mungkin saya rasa 10 hingga 15 tahun ke depan sudah bisa (tercapai),” ujarnya.
Segendang sepenarian, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) juga menyebut CPO—serta kopi, emas, aset kripto, dan timah—sebagai komoditas yang berpotensi ditentukan harganya oleh bursa lokal.
Kepala Bappebti, Indrasari Wisnu Wardhana berharap, “dalam dua atau tiga tahun ke depan, setidaknya Indonesia sudah bisa menjadi penentu harga untuk satu atau dua komoditas.”
Komoditas karbon Indonesia turut berpotensi menjadi acuan harga dunia. Sebab, berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Indonesia dapat menyerap 113,18 giga ton karbon melalui 125,9 juta hektare hutan hujan tropis; 3,31 juta hektare hutan mangrove; dan 7,5 juta hektare lahan gambut.