Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Bitcoin tembus 2 miliar.png
Ilustrasi Bitcoin (unplash.com/André François McKenzie)

Jakarta, FORTUNE - Bitcoin kembali menorehkan tonggak bersejarah di pasar keuangan global. Untuk pertama kalinya, nilai kapitalisasi pasarnya berhasil melampaui Amazon, salah satu perusahaan teknologi terbesar dunia.

Mengutip data Coinmarketcap, capaian ini memperlihatkan bagaimana Bitcoin berkembang dari aset digital yang dulu dianggap eksklusif untuk kalangan tertentu, menjadi instrumen keuangan yang semakin diakui investor global sebagai penyimpan nilai.

Dengan melampaui Amazon, Bitcoin kini sejajar dengan deretan perusahaan paling bernilai di dunia. Pencapaian ini mencerminkan semakin seriusnya pandangan investor internasional terhadap peran Bitcoin, khususnya sebagai aset lindung nilai di tengah inflasi dan ketidakpastian moneter.

Tidak hanya memperkuat posisi Bitcoin, peristiwa ini juga menambah kepercayaan terhadap ekosistem kripto secara keseluruhan. Biasanya, setiap kali BTC mencatat lonjakan besar, altcoin juga turut memperoleh arus dana baru dan perhatian pasar.

Bagi kalangan institusi, kapitalisasi pasar menjadi indikator penting untuk menilai kematangan sebuah aset. Dengan melampaui Amazon, Bitcoin kian dipandang layak masuk ke portofolio besar, termasuk indeks maupun produk investasi berbasis ETF.

Dalam kondisi perekonomian global yang masih diliputi ketidakpastian, kenaikan ini menjadi sinyal bahwa aset digital tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga bertransformasi menjadi bagian penting dari lanskap investasi modern.

Melansir The Economic Times, sentimen pasar menjadi penggerak utama di dunia kripto. Saat ini, suasana masih sangat bullish. Sentimen positif biasanya menarik lebih banyak pembeli, yang bisa mendorong harga makin tinggi. Namun, euforia berlebihan juga bisa menjadi sinyal peringatan. Pasar yang terlalu optimistis rentan berbalik arah secara tajam bila terjadi perubahan sentimen mendadak. Karena itu, investor disarankan tetap berhati-hati dengan strategi manajemen risiko yang jelas.

Bitcoin tengah mendekati zona resistensi krusial di kisaran US$118.000–US$120.000. Resistensi adalah level harga di mana tekanan jual cenderung meningkat, sehingga dapat menghambat kenaikan. Jika Bitcoin gagal bertahan di atas rentang ini, potensi koreksi jangka pendek terbuka.

Sebaliknya, bila berhasil menembus level tersebut secara meyakinkan, reli berpotensi berlanjut ke level tertinggi baru. Beberapa hari mendatang akan menjadi penentu apakah momentum “Uptober” berlanjut atau mulai melambat.

Analis menilai kenaikan tajam Bitcoin belakangan ini bukan terjadi secara acak. Ada sejumlah faktor yang mendorong harga aset digital ini naik. Pertama, kondisi makroekonomi berperan besar. Pemerintah Amerika Serikat baru saja memasuki partial shutdown, menciptakan ketidakpastian di pasar tradisional. Dalam situasi seperti ini, investor kerap mencari aset alternatif seperti Bitcoin sebagai safe haven.

Kedua, ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve telah melemahkan nilai dolar AS. Dolar yang lebih lemah biasanya membuat Bitcoin semakin menarik bagi investor. Permintaan yang meningkat otomatis mendorong harga ke level lebih tinggi.

Selain itu, tren historis juga mendukung reli kali ini. Oktober secara tradisional dikenal sebagai bulan positif bagi Bitcoin, sehingga muncul istilah “Uptober”. Kenangan atas kenaikan harga di periode sebelumnya menambah kepercayaan trader dan memicu aktivitas beli yang lebih masif.

Momen krusial kripto di bulan Oktober, perlu diwaspadai investor

September menjadi bulan yang penuh fluktuasi bagi aset digital. Bitcoin sempat turun ke US$107.000 atau sekitar Rp1,76 miliar sebelum pulih mendekati Rp1,83 miliar, diikuti pergerakan serupa oleh Ethereum dan kripto utama lainnya.

Rilis data inflasi AS yang mencapai 2,9 persen tahunan memicu kekhawatiran pasar terhadap kebijakan The Fed. Meski pemangkasan suku bunga 25 bps di pertengahan bulan awalnya tak banyak direspons, keputusan itu akhirnya mendorong reli singkat hingga Bitcoin menembus Rp1,97 miliar.

Dari sisi regulasi, percepatan aturan pendaftaran ETF kripto memberi angin segar. Namun, menjelang akhir bulan, isu tarif dagang dan keraguan terhadap konsistensi pemangkasan suku bunga kembali menekan pasar. Bitcoin pun turun di bawah Rp1,83 miliar, sementara Ethereum jatuh di bawah US$4.000 atau sekitar Rp67 juta.

Memasuki Oktober, sejumlah agenda global patut diperhatikan pelaku pasar, sebab setiap keputusan global kini berpotensi mengubah peta besar industri kripto. Dikutip dari Luno Indonesia, berikut daftar peristiwa yang berpotensi mempengaruhi arah harga kripto:

  • 1 Oktober: Sidang pajak kripto di Senat AS, keputusan bisa berdampak signifikan terhadap sentimen investor.

  • 3 Oktober: Rilis angka pengangguran AS, data ini krusial bagi arah kebijakan suku bunga The Fed.

  • 8 Oktober: Publikasi notulen FOMC, investor akan mencari petunjuk lebih jelas soal sikap bank sentral.

  • 15 Oktober: Rilis inflasi konsumen (CPI) yang akan menjadi indikator tekanan harga di perekonomian AS.

  • 16 Oktober: Data Indeks Harga Produsen (PPI), yang mencerminkan kondisi biaya manufaktur di tengah tensi dagang.

  • 29 Oktober: Keputusan suku bunga The Fed, pasar menunggu kepastian apakah bank sentral akan kembali memangkas.

  • 31 Oktober: Batas akhir pembayaran Mt. Gox kepada kreditor, yang berpotensi menimbulkan aksi jual besar di pasar kripto.

Editorial Team