Jakarta, FORTUNE - Sepanjang 2024, pasar obligasi Indonesia terus mencatatkan kinerja solid. Tren positif ini didukung oleh performa solid dari obligasi pemerintah.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pasar obligasi menunjukkan peningkatan signifikan sepanjang tahun lalu. Hal ini tercermin dari kenaikan Indonesia Composite Bond Index (ICBI) sebesar 4,82 persen year-to-date (ytd) hingga 30 Desember 2024, mencapai level 392,66. ICBI sendiri merupakan indikator yang mengukur kinerja keseluruhan obligasi, baik pemerintah maupun korporasi, di pasar Indonesia.
Walaupun pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan realisasi 2023 yang mencapai 8,65 persen, indeks tersebut tetap naik dari penutupan akhir 2023 di level 374,61. Peningkatan ICBI selama 2024 dinilai mencerminkan pemulihan pasar obligasi domestik. Naiknya indeks ini menunjukkan peningkatan harga obligasi, sementara yield atau imbal hasil justru menurun.
Pertumbuhan pasar obligasi di tahun sebelumnya didukung oleh meningkatnya kepercayaan investor terhadap kualitas kredit Indonesia. Meski demikian, kebijakan suku bunga tinggi yang diterapkan Federal Reserve (The Fed) serta pergerakan imbal hasil US Treasury mendorong sebagian investor untuk memilih pasar Amerika Serikat demi mencari imbal hasil lebih tinggi. Hal ini sempat mengurangi permintaan terhadap obligasi Indonesia.
Arus modal asing juga menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi pasar. Masuknya investasi asing mampu mendorong harga obligasi naik, sedangkan keluarnya modal asing dapat menyebabkan kenaikan yield/
Selama 2024, yield Surat Berharga Negara (SBN) rata-rata tumbuh sebesar 38,76 basis poin (bps) secara year-to-date. Di sisi lain, investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp34,59 triliun di pasar obligasi pemerintah. Namun, pasar obligasi korporasi mencatatkan penjualan bersih (net sell) oleh investor asing senilai Rp5,53 triliun.