Jakarta, FORTUNE - Kenaikan komoditas minyak dan emas terus berlanjut di tengah ketegangan antara Rusia dan Ukraina. Harga minyak yang mulai melonjak menuju US$100 per barel,tertinggi sejak 2014 akan memberikan dampak besar bagi perekonomian dunia dan tingkat inflasi.
Menurut Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus bila harga minyak naik dari US$70 menjadi US$100, maka inflasi akan terdorong 1,5 persen di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
JP Morgan juga memproyeksikan potensi peningkatan inflasi di atas 7 persen jika harga minyak menyentuh level US$150 per barel. Kenaikan itu tiga kali lebih besar dari peningakatan yang ditargetkan oleh para pembuat kebijakan moneter.
Sedanxgkan Goldman Sachs memperkirakan, jika terjadi kenaikan harga minyak hingga US$100 dan konsisten hingga kuartal III 2022 maka inflasi akan meningkat 0,6 persen.
“Negara berkembang yang paling terpukul saat ini,” kata Nico dan tim dalam riset hariannya, Selasa (15/2).