Laba Tahun Lalu Turun 19,6%, Bagaimana Prospek UNVR pada 2022?

Jakarta, FORTUNE - Emiten barang konsumsi, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mencatatkan perlambatan penjualan domestik sebesar 8 persen pada 2021 menjadi Rp 39,2 triliun serta penurunan laba bersih 19,6 persen dari Rp7,16 triliun (2020) menjadi Rp5,76 triliun. Namun, analis menilai perusahaan masih memiliki prospek pertumbuhan positif, meski dibayangi pelemahan daya beli dan kenaikan biaya bahan baku.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan, perusahaanmasih berpeluang mencatatkan kinerja positif tahun ini disertai berbagai risiko yang dapat membuat saham perusahaan terkoreksi dalam jangka pendek.
“Dengan kondisi saat ini yang penuh ketidakpastian akibat Omicron, membuat masyarakat cenderung lagi-lagi menahan daya beli atau konsumsinya untuk produk dengan harga dan kualitas bagus,” kata Nico kepada Fortune Indonesia, Jumat (11/2).
Sebagai informasi, saham UNVR parkir di zona merah pada akhir perdagangan pekan ini; melemah 2,01 persen dari harga pembukaan Rp3.950 ke level Rp3.900. Selama lima hari belakangan, sahamnya juga terkoreksi 2,99 persen dari level Rp4.020.
Inovasi produk dengan harga terjangkau
Namun demikian, produk Unilever masih memiliki tempat di hati para konsumen. Sebagai gambaran, Unilever berhasil membukukan penjualan bersih sebesar Rp39,5 triliun. Produk dari kategori Foods & Refreshment yang menjadi penopang pertumbuhan penjualan pada 2021, naik 1,4 persen (yoy).
Menurut Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk, Ira Noviarti, inovasi dan ketangkasan perseroan menggarap kategori itu menyambut pergeseran perilaku konsumen saat pandemi cukup membuahkan hasil. Beberapa produk seperti Buavita 100% Daily Vitamins Requirements dan Paddle Pop Choco Magma dengan Vitamin D, serta Royco Saus Tiram dan Wall’s Extra Creamy 3in1 Unicorn terus mengalami kenaikan permintaan.
Ira menjelaskan, “Lonjakan harga bahan baku, penurunan daya beli konsumen akan produk kami, dan waktu transisi untuk kembali ke daya beli sebelum pandemi hanyalah sebagian dari berbagai tantangan yang muncul di tahun 2021.”
Sayangnya, manajemen Unilever enggan merespons pertanyaan perihal kemungkinan perusahaan menaikkan harga jual ini ketika Fortune Indonesia mencoba mengonfirmasi.