Jakarta, FORTUNE - Meskipun pendapatan dan laba bersih bertumbuh dua digit di 2023, saham PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) ditutup di zona merah, Selasa (5/3).
DRMA tertekan 9,13 persen ke harga Rp1.095 per saham sepanjang perdagangan hari ini. Bahkan, dalam sepekan terakhir, sahamnya sudah terkoreksi 11,69 persen.
Padahal, emiten otomotif afiliasi TP Rachmat itu berhasil membukukan laba senilai Rp611,75 miliar sepanjang 2023, melesat 55,20 persen (YoY) dari Rp394,17 miliar pada 2022.
Sejalan dengan itu, penjualan perseroan pun melonjak 41,68 persen (YoY) dari Rp3,91 triliun menjadi Rp5,54 triliun.
Katalis di balik pertumbuhan itu adalah pulihnya penjualan sepeda motor nasional sebesar 19,4 persen (YoY) jadi 6,23 unit sepanjang 2023.
"Pencapaian ini menunjukkan kompetensi perseroan yang berfokus pada kinerja yang unggul, mampu merebut pangsa pasar melalui inovasi dalam pengembangan produk, serta menerapkan manajemen efisiensi," ujar Presiden Direktur Dharma Polimetal, Irianto Santoso, Selasa.
Namun, mengapa reaksi pasar hari ini tidak positif dalam menanggapi kinerja Dharma Polimetal? Mirae Asset Sekuritas Indonesia (MASI) menjelasan, jika ditelisik, perolehan laba bersih perseroan di kuartal IV terkoreksi 46,8 persen (QoQ) menjadi Rp92,3 miliar dari Rp173,5 miliar pada kuartal III 2023.
Penyebabnya adalah pendapatan triwulanan yang terkoreksi sebesar 13,9 persen (QoQ). Margin laba kotornya pun mencapai level terendah sepanjang tahun lalu.
Selain itu, Stockbit Sekuritas menambahkan, laba bersih Dharma Polimetal pada 2023 masih lebih rendah dari konsensus, yakni hanya 95,4 persen dari ekspektasi.
Adapun, DRMA mencatatkan laba kotor sebesar Rp 972,66 miliar pada tahun 2023, meningkat 58 persen (YoY) dari periode sebelumnya yang sebesar Rp 614,00 miliar. Adapun total aset DRMA pada 31 Desember 2023 tercatat sebesar Rp3,39 triliun, meningkat dari Rp2,68 triliun pada 31 Desember 2022.