Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Shutterstock/ucakucak

Jakarta, FORTUNE - Pangsa pasar PT Astra International Tbk (ASII) terpangkas menjadi 53,9 persen pada Januari 2023, dari 54,8 persen sepanjang 2022. Sejumlah risiko pun membayangi potensi pertumbuhan perseroan.

Menurut Senior Research Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Robertus Hardy, beberapa faktor risiko berpeluang membuat pertumbuhan ASII terbatas. Salah satunya, jumlah dividen sangat besar yang bisa meningkatkan risiko tekanan ke bawah sehabis cum-date dalam jangka panjang.

“Jika ditambah dengan kemungkinan pertumbuhan penjualan mobil yang lebih lambat karena suku bunga lebih tinggi, tidak adanya insentif PPnBM, dan persaingan yang lebih ketat, aka pertumbuhan ke depan akan terbatas menurut kami,” jelasnya, Senin (6/3).

Adapun, laba bersih ASII pada 2022 naik 43,3 persen (YoY) dan laba inti naik 48,9 persen (YoY) berkat profitabilitas yang lebih baik. Itu tercermin pada kenaikan laba kotor dan margin laba operasi.

“Hasil aktual ini dianggap selaras dengan proyeksi kami sebelumnya, dengan perbedaan masing-masing hanya 2,0%, 1,7%, dan 0,8% dalam akun pendapatan, laba kotor, dan laba inti,” kata Robert.

Astra International mengusulkan pembayaran dividen senilai Rp552 per lembar di agenda RUPST pada April 2023. Itu setara 9,1 persen dan 9,5 persen imbal hasil dari harga saat ini dan harga penutupan ketika pengumuman.

Rasio pembayarannya masing-masing mencapai 77,2 persen dan 74,3 persen dari laba bersih dan laba inti pada 2022. “Jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata rasio pembayaran 40,8 persen dan 44,6 persen dalam lima tahun fiskal terakhir,” ujarnya.

Dampak jangka pendek dividen tinggi dan persaingan

Editorial Team

Tonton lebih seru di