Jakarta, FORTUNE – Kinerja perusahaan sektor pertambangan logam dinilai memiliki prospek menarik pada semester kedua 2022. Hal ini disokong oleh permintaan nikel yang masih menjanjikan di masa depan.
Analis Mirae Asset Sekuritas, Juan Harahap menyoroti tiga katalis pendukung, yakni: potensi permintaan kuat dari industri baja nirkarat, penurunan terbatas menuju resesi Amerika Serikat (AS), dan potensi permintaan yang besar dari sektor kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
Ditambah lagi, setelah penerapan larangan ekspor bijih nikel pada 2014, industri nikel Indonesia telah berkembang pesat. Sebab, para penambang nikel didorong berinvestasi di sektor pengolahan bernilai tambah.
Berkat ekspansi itu, pemerintah memproyeksikan produksi nikel bakal mencapai 2,6 juta ton pada 2022, naik 12,5 persen (YoY), secara khusus produk Nickel Pig Iron (NPI) diperkirakan tumbuh 25,0 persen (YoY).
“Kami yakin industri ini akan terus tumbuh di masa depan mengingat pemerintah menargetkan 30 smelter nikel beroperasi pada 2024,” tulis Juan dalam risetnya.
Ia pun menyoroti saham ANTM dengan beberapa pertimbangan. Pertama, emiten ini dapat diuntungkan dengan adanya potensi pertumbuhan di segmen bijih nikel seiring naiknya permintaan domestik. Lalu, peluang pendapatan dari proyek smelter Halmahera.
Terakhir, ada lebih banyak eksposur pada proyek pengembangan ekosistem industri baterai kendaraan listrik Indonesia sektor hulu-hilir oleh perusahaan dan Indonesia Battery Corporation (IBC).