Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Ilustrasi perdagangan aset kripto. Shutterstock/Irina Budanova

Jakarta, FORTUNE – Pasar aset kripto tengah mengalami gonjang-ganjing terlebih usai kabar salah satu bursa luar negeri yang mengalami krisis likuiditas. Meski demikian, Tokocrypto, platform pertukaran aset kripto di Indonesia, menyampaikan optimismenya bahwa investasi aset kripto masih memiliki prospek di masa mendatang.

“Masih ada peluang jangka panjang dengan strategi menabung aset kripto,” kata VP Growth Tokocrypto, Cenmi Mulyanto, dalam keterangan resmi kepada media, Jumat (11/11).

Adalah FTX, salah satu bursa aset kripto terbesar di dunia, yang mengalami krisis likuiditas. Platform itu belum lama ini kehilangan US$6 miliar karena investor menarik dananya. Itu setelah Binance, raksasa aset kripto, yang menyatakan bakal melepas sebanyak US$2 miliar FTT, token besutan dari FTX.

Binance mengambil langkah tersebut karena merespons laporan dari Dirty Bubble Media yang menuding Alameda Research, perusahaan milik Sam Bankman-Fried, serta sister company dari FTX, mengalami kebangkrutan. Alameda Resarch dikabarkan mengenggam sebagian besar asetnya dalam bentuk token FTT.

Memang, CEO Binance, Changpeng Zao, sempat menyatakan perusahaan akan membantu FTX dengan mengakuisisi bursa kripto tersebut. Namun, belakangan Binance, membatalkan transaksi pengambilalihan FTX.

Menurut Mulyanto, peristiwa bursa aset kripto yang mengalami ganjalan likuiditas ini membuat efek domino yang negatif terhadap aset kripto. Buktinya, total kapitalisasi pasar aset kripto anjlok ke level US$800 miliar, dan dianggap terendah dalam dua tahun terakhir.

Mengutip data dari coinmarket.cap.com, harga Bitcoin dalam sepekan terakhir tercatat turun 15,47 persen menjadi US$17.342. Bahkan, pada Kamis (10/11), aset kripto itu sempat jatuh di posisi US$15.985, dan dianggap terendah sejak November 2020.

Strategi investasi

Editorial Team