Morgan Stanley Sebut Ethereum Lebih Berisiko ketimbang Bitcoin

Jakarta, FORTUNE - Apakah jaringan blockchain Ethereum lebih terdesentralisasi daripada Bitcoin? Pertanyaan ini sering diajukan oleh orang dalam dan pengembang industri kripto dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut Morgan Stanley, Ethereum saat ini kurang terdesentralisasi daripada Bitcoin. Bank investasi AS juga mengklaim, bahwa cryptocurrency Ether pada dasarnya lebih berisiko daripada Bitcoin karena lebih fluktuatif, demikian dilansir dari Zycrypto, Kamis (17/2).
Bahaya Ethereum
Dalam catatan penelitian berjudul “Cryptocurrency 201: What Is Ethereum?”, analis di Morgan Stanley Wealth Management mengamati bahwa jaringan Ethereum kurang terdesentralisasi daripada Bitcoin. Hal ini karena 100 alamat teratas menampung 39 persen dari total pasokan Eter sementara Bitcoin jauh lebih terdistribusi pada 14 persen.
Ethereum secara struktural dan fundamental berbeda dari cryptocurrency asli karena jaringannya dioptimalkan untuk menangani industri keuangan decentralized finance (DeFi) dan non-fungible token (NFT).
Faktanya, sektor-sektor yang sedang booming ini sebagian besar dibangun di atas blockchain Ethereum. Namun, bisa saja mahkota kejayaannya pindah ke pesaing lain yang lebih layak di tahun-tahun mendatang, kata analis bank. Beberapa penantang yang siap melibas, di antaranya Cardano, Solana, BNB Chain—sebelumnya dikenal sebagai Binance Smart Chain,—dan Tezos.
DeFi sendiri mewakili gagasan, bahwa layanan keuangan tradisional dapat digantikan oleh protokol berbasis blockchain. Sebanding dengannya, pasar NFT melibatkan penggunaan teknologi cryptocurrency untuk menandai aset dan media digital yang dapat dimiliki atau diperdagangkan secara unik seperti barang koleksi.
Morgan Stanley, lebih lanjut berpendapat bahwa sektor DeFi dan NFT rentan terhadap undang-undang yang berubah dengan cepat. Dengan demikian, peraturan yang keras dapat mengurangi permintaan untuk transaksi di Ethereum.