Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
5M1A9214.JPG
Pencatatan saham PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA), Rabu (17/12).

Jakarta, FORTUNE - PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA), resmi memiliki modal inti sebesar Rp8 triliun per Rabu (17/12). Itu menaikan kelas SUPA dari KBMI (Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti) 1 menjadi KBMI 2.

Capaian itu diraih setelah aksi initial public offering (IPO). Presiden Direktur Super Bank Indonesia, Tigor M. Siahaan, mengatakan, sebelum pelaksanaan initial public offering (IPO) saham itu, modal inti perseroan berjumlah Rp5,3 triliun. Artinya, terdapat kenaikan sebesar 50,1 persen pada aspek tersebut.

Praktis, perseroan belum memiliki rencana untuk meningkatkan modal intinya hingga beberapa tahun. "Kami merasa modal itu sangat cukup dengan kebutuhan dalam jangka pendek dan menengah," katanya kepada pers, setelah seremoni pencatatan saham di gedung BEI, Rabu.

Lebih lanjut, perseroan optimistis tingkat pengembalian investasi dan pendapatan berpotensi bertumbuh secara berkelanjutan. Itu akan ditopang oleh fundamental bisnis dan strategi ekspansi SUPA selepas IPO.

Per Oktober 2025, capital adequacy ratio (CAR) perseroan berada di level 47,77 persen, meningkat dari 35,89 persen pada periode yang sama di 2024. Sementara dari segi kredit, SUPA telah menyalurkan senilai Rp9,04 triliun hingga akhir kuartal-III 2025, naik 84 persen (YoY). Itu berkat perluasan pembiayaan ritel dan UMKM.

"CAR kami berbanding dengan aset dan kredit yang akami akan akuisisi," kata Tigor. "[Karena itu] 70 persen [dana IPO] akan kami gunakan untuk mendukung potensi pertumbuhan [penyaluran kredit] ke depannya."

Melalui IPO, Superbank menghimpun dana Rp2,79 triliun dengan menawarkan 4,4 miliar saham baru ke publik di harga Rp635 per saham.

Secara mendetail, Superbank akan memperkuat distribusi kredit kepada segmen ritel ataupun UMKM. Strategi tersebut juga diperkuat oleh layanan Superbank yang terhubung dengan ekosistem Grab dan OVO. Sebagai konteks, perseroan merupakan bank digital yang didukung Grup Emtek, Grab, Singtel, dan Kakao.

Hingga akhir kuartal-III 2025, rata-rata nilai transaksi harian di platform Superbank melampaui Rp1 juta, naik 40 persen (YoY). Sekitar 60 persen transaksi terjadi di ekosistem Grab, sedangkan sisanya di luar ekosistem tersebut.

Selain untuk menyokong penyaluran kredit, 30 persen sisa dana akan perseroan alokasikan untuk belanja modal. "Termasuk pengembangan produk, pendanaan pembiayaan juga sistem pembayaran. Kami juga akan perkuat infrastruktur teknologi informasi, sistem operasional, dan juga investasi jangka panjang," kata Direktur Keuangan Superbank, Melisa Hendrawati.

Saham SUPA melejit 24,41 persen ke harga Rp790 sejak pembukaan hingga akhir perdagangan Rabu sesi I, menyentuh level auto reject atas (ARA).

Editorial Team