Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
ilustrasi pengeboran minyak bumi (unsplash.com/Zachary Theodore)
ilustrasi pengeboran minyak bumi (unsplash.com/Zachary Theodore)

Intinya sih...

  • OPEC+ diprediksi akan meningkatkan produksi minyak sebanyak 0,41 juta barel per hari pada Agustus 2025.

  • Proyeksi ini didasarkan pada kondisi pasar minyak yang masih ketat dan lonjakan permintaan selama musim panas.

  • Goldman Sachs memperkirakan harga Brent sekitar US$60 per barel dan WTI sebesar US$56 per barel untuk sisa tahun 2025.

Jakarta, FORTUNE - Goldman Sachs memproyeksikan negara-negara yang tergabung dalam organisasi pengekspor minyak OPEC+ akan meningkatkan produksi minyak sebanyak 0,41 juta barel per hari pada Agustus 2025.

Dikutip dari Reuters, proyeksi tersebut dilatari oleh sejumlah faktor seperti kondisi pasar minyak yang masih ketat, data aktivitas ekonomi global yang tangguh, serta lonjakan permintaan minyak selama musim panas.

"Keputusan tersebut kemungkinan besar mencerminkan fundamental yang relatif ketat, dan pergeseran yang sedang berlangsung menuju keseimbangan jangka panjang yang bertujuan untuk menormalkan kapasitas cadangan," kata Goldman Sachs seperti dikutuip dari Reuters, Senin (2/5).

Sebelumnya, OPEC+ mempertahankan peningkatan produksi sebesar 411.000 barel per hari pada Juli. Meskipun terdapat peningkatan pasokan, Goldman Sachs tetap mempertahankan proyeksi harga minyak dengan Brent sekitar US$60 per barel dan West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$56 per barel untuk sisa tahun ini.

Setelah Agustus, Goldman Sachs memperkirakan OPEC+ akan mempertahankan tingkat produksi yang stabil, mengingat perlambatan pertumbuhan global pada kuartal ketiga dan meningkatnya proyek-proyek non-OPEC berskala besar.

Tren harga minyak

Pengamat Komoditas dan Mata Uang, Lukman Leong mengatakan naiknya produksi minyak akan mendorong oversupply sehingga menekan harga. Perkiraan Lukman, minyak WTI bakal ada di kisara US$55 pada semester dua, menyusul peningkatan roduksi tersebut.

Lukman menjelaskan peningkatan produksi ini merupakan upaya kelompok tersebut untuk merebut kembali pangsa pasar.

OPEC+ melihat pemangkasan produksi tidak begitu efektif karena ada beberapa negara anggota yang tidak mematuhi, serta mengambil pangsa pasar yang dikhawatirkan diambil oleh produsen Amerika Utara yang terus meningkatkan produksi.

"Opec+ memandang bahwa pemangkasan produksi hanya memguntungkan pesaing mereka di luar kartel," kata Lukman saat dihubungi Fortune Indonesia, Senin (2/6).

Kelebihan pasokan ini diprediksi bakal terus berlanjut pada tahun ini, kendati tahun depan hal ini masih bergantung kepada kebijakan masing-masing negara.

Berdasarkan Trading Economics, harga minyak WTI berada di level US$62 per barel, sedangkan minyak Brent US$64 per barel.

Editorial Team

EditorEkarina .