Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Logo OPEC (twitter.com/Russian Mission Vienna)
Logo OPEC (twitter.com/Russian Mission Vienna)

Intinya sih...

  • OPEC+ mempertahankan peningkatan produksi pada Oktober 2025, mengakibatkan harga minyak dunia terangkat.

  • Delapan anggota OPEC+ sepakat meningkatkan produksi sebesar 137.000 barel per hari mulai Oktober, meskipun lebih kecil dari ekspektasi pasar.

  • Kekhawatiran terhadap pasokan dan potensi sanksi baru terhadap Rusia menopang harga minyak, ditambah dengan tensi geopolitik yang masih panas.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

JAKARTA, Fortune - Organisasi pengekspor minyak atau OPEC+ tetap mempertahankan keputusan peningkatan produksi pada Oktober 2025. Kebijakan tersebut mengakibatkan harga minyak dunia terangkat.

Berdasarkan Reuters, pada pukul 10:35 WIB, harga minyak mentah Brent naik 0,53 persen menjadi U$66,37 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS terangkat 0,51 persen menjadi US$62,58 per barel.

Delapan anggota OPEC+ sepakat meningkatkan produksi mulai Oktober sebesar 137.000 barel per hari. Kendati demikian angka tersebut jauh di bawah kenaikan bulanan yang sempat diterapkan, yakni 555.000 barel per hari pada September dan Agustus, serta 411.000 barel per hari pada Juli dan Juni.

Meski lebih kecil dibandingkan ekspektasi pasar, kekhawatiran terhadap pasokan ditambah potensi sanksi baru terhadap Rusia, terus menopang harga minyak.

Dilansir dari MarketScreener, Daniel Hynes, Senior Commodity Strategist ANZ, menyebut langkah OPEC+ di Oktober menandai pembalikan dari kebijakan pemangkasan produksi yang semula direncanakan bertahan hingga akhir 2026. Kembalinya pasokan minyak yang sempat tertahan beberapa bulan terakhir mendorong perubahan arah kebijakan OPEC+.

Haitong Securities menilai, meskipun OPEC+ meningkatkan produksi lebih cepat tahun ini, permintaan yang lebih rendah tetap menimbulkan potensi kelebihan pasokan.

"Kelebihan pasokan pasar minyak mentah yang membayangi tetap menjadi pendorong utama harga tahun ini," ujarnya dikutip dari MarketScreener, Selasa (9/9).

Di sisi lain, tensi geopolitik yang masih panas turut menopang harga minyak. Serangan udara terbesar Rusia terhadap Ukraina yang membakar gedung pemerintahan di Kyiv memicu spekulasi sanksi lanjutan.

Presiden AS Donald Trump menyatakan siap memberlakukan pembatasan tahap kedua, sementara pejabat sanksi Uni Eropa berada di Washington untuk merancang langkah terkoordinasi pertama terhadap Rusia sejak Trump kembali menjabat.

"Sanksi tambahan terhadap Rusia akan mengurangi pasokan minyaknya ke pasar global, yang dapat mendukung harga minyak yang lebih tinggi," dikutip dari Reuters, Selasa (9/9).

Sementara itu sentimen terkait Komite Pasar Terbuka Federal Federal Reserve AS akan bertemu minggu depan, dan para pedagang melihat peluang sebesar 89,4 persen untuk penurunan suku bunga seperempat poin. Penurunan suku bunga diyakini dapat menekan biaya pinjaman, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan pada gilirannya meningkatkan permintaan minyak.

Editorial Team

EditorEkarina .