Jakarta, FORTUNE - Rencana konsolidasi BUMN karya yang melibatkan PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) sedang dalam tahap pembatasan dan ditargetkan rampung tahun depan. Bahkan, terdapat opsi untuk go private setelah terjadi merger antara Waskita dengan Hutama Karya.
Menurut pengamat pasar modal sekaligus pendiri Pasardana, Hans Kwee, opsi tersebut kurang ideal.
“Kalaupun terakhir dia harus memilih go private, memang itu keputusan pemerintah. Tapi, menurut saya, perusahaan yang bagus harusnya dibiarkan go public,” ujarnya saat ditemui di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (6/11).
Menurutnya, perusahaan pelat merah itu perlu diselamatkan. Pasalnya, utang yang menjeratnya disebabkan oleh arahan pemerintah dalam berekspansi secara masif.
Dia menilai pembangunan dalam 10 tahun belakangan tidak menyinggung kepentingan publik yang mendesak. Walhasil, tingkat pengembalian proyek pun jadi rendah.
“Ini yang jadi masalah bagi perusahaan karya,” katanya.
Dari sisi pendanaan, Waskita masih menanggung beban usaha yang tinggi, terutama menyangkut kepemilikan sejumlah aset jalan tol. Saat ini, perusahaan sedang berupaya menjual aset demi memenuhi kewajiban pada para kreditur.
Dari sisi kinerja keuangan, emiten konstruksi tersebut mengalami penurunan kinerja pada sembilan bulan pertama 2025. Kerugian perusahaan lebih besar 5,74 persen dibandingkan dengan periode sama pada tahun sebelumnya, dari Rp3 triliun menjadi Rp3,17 triliun.
Sementara itu, rugi per saham mencapai Rp110,21 untuk setiap lembarnya, menyusut dari Rp104,22.
Peningkatan pada kerugian tersebut terjadi karena pendapatan WSKT pada kuartal III-2024 menyusut 22,08 persen menjadi Rp5,28 triliun dari Rp6,78 triliun.
Hampir seluruh segmen pendapatannya mengalami kontraksi, meliputi pendapatan jasa konstruksi, penjualan precast, pendapatan properti, penjualan infrastruktur, pendapatan hotel, hingga sewa gedung dan peralatan.
Namun, pada salah satu segmen pendapatannya, yakni jalan tol, terjadi kenaikan dari Rp834,62 miliar pada kuartal III-2024 menjadi Rp859,32 miliar pada kuartal III-2025.
Waskita masih berkonsentrasi menjalankan transformasi perusahaan demi meningkatkan kinerja secara berkelanjutan. Hingga saat ini, saham WSKT masih disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
