Jakarta, FORTUNE - Meskipun laba bersih PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) sedikit terkikis 2 persen menjadi US$160,30 juta pada 2024, perusahaan energi hijau ini justru mencatatkan pertumbuhan pendapatan 0,20 persen, mencapai US$407,12 juta.
Capaian tersebut meningkat tipis dari US$406,29 juta pada tahun sebelumnya, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya energi bersih di Tanah Air.
Ekspansi kapasitas yang dilakukan perusahaan turut memengaruhi beban pokok pendapatan, yang naik menjadi US$164,89 juta dari US$158,35 juta.
Kendati demikian, kabar baik datang dari sisi arus kas operasional yang justru menguat menjadi US$258,29 juta pada 2024, menunjukkan ketahanan pendapatan dan kejelian dalam mengelola pengeluaran.
Pada 2023, arus kas operasional tercatat mencapai US$255,19 juta.
Tak hanya itu, neraca keuangan PGE menunjukkan tren positif. Total aset perusahaan meningkat menjadi US$2,99 miliar pada 2024, dari sebelumnya US$2,96 miliar. Di sisi lain, upaya efisiensi dalam pengelolaan utang berhasil menekan liabilitas menjadi US$988,65 juta, lebih rendah dari US$992,89 juta pada 2023.
Dari catatan produksi, PGE menunjukkan kinerja menggembirakan di berbagai wilayah operasionalnya. Kamojang mencatatkan pertumbuhan produksi tertinggi, mencapai 5,36 persen secara tahunan, diikuti oleh Lahendong dengan kenaikan 0,40 persen, dan Lumut Balai 2,72 persen.
Secara keseluruhan, pembangkitan listrik PGE mencapai 4.827,22 GWh, tumbuh 1,96 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, membuktikan stabilitas dan efisiensi operasional perusahaan.
Sebagai bagian dari strategi pertumbuhan berkelanjutan, PGE terus memperluas portofolio proyek panas bumi dengan mengembangkan berbagai Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) baru untuk terus meningkatkan kontribusi dalam mendukung target bauran energi nasional sebesar 23 persen energi baru dan terbarukan pada 2025.
“PGE tetap fokus pada pengelolaan keuangan yang prudent dan optimal untuk memastikan keberlanjutan investasi dalam pengembangan proyek panas bumi baru dan peningkatan kapasitas produksi. Beban operasi meningkat merupakan bagian dari investasi strategis untuk memperkuat fondasi pertumbuhan jangka panjang dan mendukung ekspansi kapasitas lebih besar ke depan,” demikian Direktur Keuangan PGE, Yurizki Rio, dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (26/3).
PGE berpandangan positif terhadap prospek pertumbuhan bisnisnya tahun ini. Rencana pengoperasian (commissioning) PLTP Lumut Balai Unit 2 dengan kapasitas 55 MW pada tahun ini menjadi salah satu pendorong utama optimisme tersebut.
Penambahan kapasitas ini diharapkan tidak hanya memperkuat portofolio energi hijau PGE, tetapi juga meningkatkan pendapatan serta daya saing perusahaan dalam menjawab permintaan energi bersih yang terus meningkat.