Jakarta, FORTUNE- Harga minyak dunia melonjak mendekati US$130 per barel atau level tertinggi sejak 2008. Analis dan pengamat memperkirakan, harga minyak bisa terus melambung hingga mendekati US$200 per barel.
Mengutip Reuters, harga minyak kontrak berjangka jenis Brent naik 9,9 persen, menjadi US$129,78 per barel pada pukul 18:50, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 9,4 persen ke level US$126,51, menempatkan kedua kontrak di jalur kenaikan harian tertinggi sejak Mei 2020.
Pada perdagangan Minggu (6/3), kedua harga acuan naik ke level tertinggi sejak Juli 2008 dimana Brent menyentuh US$139,13 per barel dan WTI di US$130,50. Kontrak berjangka komoditas bensin dan minyak sulingan AS naik ke rekor tertinggi, mengikuti lonjakan harga minyak mentah pada beberapa menit pertama setelah pembukaan pasar.
Kenaikan harga minyak dunia ini terjadi di tengah penundaan pembicaraan pasokan minyak mentah Iran ke pasar dunia, terlebih Amerika Serikat (AS) dan sekutu Eropa juga sedang mempertimbangkan untuk melarang impor minyak Rusia.
Pembicaraan menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 dengan negara kuat dunia berdakhir dalam ketidakpastian pada Minggu (6/3), menyusul tuntutan Rusia kepada AS terkait sanksi yang dihadapinya atas konflik Ukraina tidak akan merugikan perdagangannya dengan Teheran. Di sisi lain, Cina juga tengah mengajukan tuntutan baru, menurut sumber seperti dikutip dari Reuters.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, sanksi yang dikenakan terhadap Rusia atas invasi Ukraina tidak berhubungan dengan kesepakatan nuklir Iran.
Sementara itu, AS dan Eropa sedang menjajaki pelarangan impor minyak Rusia. Gedung Putih berkoordinasi dengan para komite kongres untuk bergerak maju dengan kebijakan larangan negara masing-masing.
"Iran adalah satu-satunya faktor bearish nyata yang menggantung di pasar, Jika sekarang kesepakatan Iran tertunda, kita bisa mencapai titik terendah jauh lebih cepat terutama jika barel Rusia tetap berada di luar pasar untuk waktu yang lama," kata Co.Founder Energy Aspect, Amrita Sen.