PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) membukukan penurunan laba bersih pada kuartal IV-2024 menjadi Rp15,1 triliun. Laba ini tercatat turun 6,3% year-on-year (YoY).
Hasil ini membuat laba bersih selama 2024 sebesar Rp60,2 triliun, naik tipis 0,1% YoY. Riset Bareksa menyebut kinerja ini sedikit di bawah ekspektasi analis (96% dari proyeksi) dan sejalan dengan konsensus pasar (99% dari target 2024).
Menurut riset Ciptadana Sekuritas Asia, dikutip Senin (17/2), lonjakan biaya pencadangan (provision expense) sebesar 41% secara tahunan menjadi faktor utama yang menekan kinerja. Namun, pendapatan non-bunga tumbuh kuat sebesar 34% berkat pemulihan pendapatan. Margin bunga bersih (net interest margin/NIM) terjaga di 8,5%, meskipun mengalami penurunan tipis sebesar 20 basis poin.
Di sisi lain, pendapatan non-bunga terus menunjukkan performa dengan pertumbuhan 9% secara kuartalan dan 25% YoY.
Kemudian, biaya kredit BBRI membaik menjadi 2,5% di kuartal IV-2024, turun dari 3,4% di kuartal III, berkat penurunan write-off menjadi 3,1%. Rasio kredit bermasalah (NPL) juga membaik menjadi 2,9%.
Namun, secara tahunan, biaya kredit masih melebihi target 3% dengan angka 3,3%. Manajemen memproyeksikan biaya kredit akan meningkat di kuartal I-2025 dan kembali turun ke kisaran 3-3,2% sepanjang 2025.
Pertumbuhan kredit BBRI melambat menjadi 7% secara tahunan dan 1% secara kuartalan, di bawah target 10-12%. Kredit mikro mengalami kontraksi 1%, sementara kredit ultra mikro tumbuh 19%. BBRI memproyeksikan pertumbuhan kredit 7-9% pada 2025, dengan ekspansi mikro terbatas di 3-5%.
Rasio (loan to deposit/LDR) BBRI terjaga di 88,9%, sementara rasio current account saving account (CASA) naik menjadi 67%. Manajemen memperkirakan NIM akan stagnan atau sedikit menurun menjadi 7,3-7,7% pada 2025, akibat ketatnya likuiditas dan fokus pada kredit korporasi.