Jakarta, FORTUNE - PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) mengungkapkan rencana membawa salah satu entitas anaknya, produsen alat kesehatan PT Prodia Diagnostic Line (Proline), untuk melakukan penawaran umum perdana (IPO). Perseroan menargetkan Proline dapat melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) sekitar 2028.
Komisaris Utama Prodia, Andi Wijaya, menyatakan rencana IPO tersebut masih terus berjalan. Menurutnya, target waktu yang cukup panjang diperlukan karena masih banyak persiapan yang harus dimatangkan, terutama dari sisi tata kelola dan pembukuan.
“Nunggu mapan dulu, dibenahi semua. Karena IPO itu semua pembukuan harus benar semua, diaudit segala macam,” ujar Andi di hadapan pers di Jakarta, Senin (14/7).
Rencana ini merupakan langkah strategis lanjutan setelah Prodia mengakuisisi 39 persen saham pada Proline. Nilai akuisisi untuk 5.850 lembar saham produsen alat kesehatan diagnostik in vitro tersebut mencapai Rp72 miliar.
Meskipun kontribusi Proline terhadap laba bersih PRDA pada 2024 masih relatif kecil, yakni sekitar 0,2 persen, investasi ini diproyeksikan memiliki prospek solid. Perseroan mengestimasi periode pengembalian modal (payback period) dari transaksi ini adalah sekitar 5 tahun.
Secara finansial, aksi korporasi ini diperkirakan dapat menumbuhkan aset dan ekuitas PRDA dari Rp12,87 miliar pada 2024 menjadi Rp44,48 miliar pada 2026. Proyeksi ini didukung oleh tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return/IRR) sebesar 7,5 persen dan nilai bersih sekarang (Net Present Value/NPV) yang positif sebesar Rp3,2 miliar.
Prodia Widyahusada merupakan salah satu pemain besar pada industri kesehatan nasional. Hingga Maret 2024, perseroan telah mengoperasikan jejaring layanan sebanyak 298 gerai di 80 kota yang tersebar di 34 provinsi. Sementara itu, Proline memiliki satu pabrik yang berlokasi di Kawasan Industri Jababeka III, Cikarang, yang telah beroperasi sejak 2011.