Jakarta, FORTUNE - Bagaimana prospek laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam jangka menengah di tengah hari-hari libur bursa pada pekan ini dan pekan depan?
Pada akhir perdagangan Selasa (27/5) sesi I, IHSG terpantau melemah 0,05 persen ke level 7.184,71 setelah dibuka di level 7.204,17. Pelemahan itu terjadi di tengah pekan pendek perdagangan jelang libur kenaikan Isa Almasih.
Pelemahan itu disebut sebagai respons pasar terhadap aksi profit taking yang dilakukan investor, terutama menjelang libur panjang pada 29 Mei hingga 1 Juni 2025. Aksi ambil untung ini umum terjadi saat pelaku pasar mengantisipasi ketidakpastian pasar selama periode libur, serta kecenderungan untuk mengamankan posisi setelah reli yang sempat terjadi beberapa waktu terakhir.
"Secara keseluruhan, meski koreksi jangka pendek masih mungkin terjadi menjelang libur panjang, prospek jangka menengah IHSG tetap menjanjikan dengan dukungan dari investor asing, sentimen global yang mulai membaik, serta valuasi pasar yang relatif atraktif," kata Analis Pasar Modal dan Founder Stocknow.id Hendra Wardana kepada Fortune Indonesia (27/5).
Jika dilihat dari segi teknikal, maka kondisi pasar menunjukkan potensi koreksi lanjutan dalam jangka pendek. Indikator Stochastic sudah berada di area overbought dan mulai berbalik arah ke bawah, menandakan adanya potensi pembalikan tren. Selain itu, volume transaksi jual tercatat meningkat, memperkuat sinyal bahwa tekanan koreksi masih bisa berlanjut.
"Dalam waktu dekat, IHSG diperkirakan akan bergerak dalam rentang konsolidasi dengan support penting di level 7.100 dan resisten di sekitar 7.250," ujar Hendra.
Namun, terdapat sejumlah sentimen positif yang dapat meredam tekanan koreksi lebih dalam. Salah satunya adalah aksi beli bersih (net buy) oleh investor asing yang dalam sepekan terakhir tercatat mencapai Rp5,05 triliun. Aliran dana asing yang masih deras menunjukkan kepercayaan investor global terhadap pasar saham Indonesia.
Selain itu, meredanya tensi perang dagang global, tanda-tanda pemulihan ekonomi di Cina. Ditambah, ada tren pelemahan dolar AS turut menjadi katalis positif bagi aset berisiko di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Dari sisi valuasi, IHSG juga masih berada pada level yang menarik secara fundamental, terutama jika dibandingkan dengan negara tetangga di kawasan Asia Tenggara. "Dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi domestik yang tetap solid dan stabilitas makro yang terjaga, potensi rebound IHSG pasca-libur masih terbuka lebar," kata Hendra.
Namun, jelang akhir pekan ini, ia menyarankan agar investor tetap selektif dan fokus pada saham-saham yang memiliki fundamental kuat serta katalis positif tersendiri. Beberapa saham yang menarik dicermati antara lain PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), seiring ekspektasi kinerja portofolio investasinya yang solid.
Lalu ada PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) yang diuntungkan dari tren peningkatan permintaan kendaraan listrik dan bahan baku baterai. Selanjutnya, PT Panin Financial Tbk (PNLF) seiring dengan konsistensi pertumbuhan bisnis keuangan grup Panin. Sementara itu, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) juga ia soroti karena kenaikan harga emas dan ekspansi produksi tambang.