Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan lanjut melemah pada Jumat (19/12).
Phintraco Sekuritas memperkirakan IHSG akan menguji level support di antara 8.550-8.600. Secara tenikal, terjadi pelebaran histogram negatif MACD dan stochastic RSI kembali mengalami death cross mendekati area oversold.
"IHSG ditutup di bawah level MA5, tapi masih bertahan di atas level MA20," kata tim riset Phintraco dalam riset hariannya.
Daftar saham pilihan Phintraco Sekuritas hari ini, meliputi: BMRI, BBCA, ULTJ, MYOR, dan ERAL.
Investor akan menantikan hasil pertemuan Bank of Japan, yang diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 0,75 persen, yang merupakan level tertinggi dalam 30 tahun terakhir.
Jika perkiraan itu benar terjadi, ada potensi akan meningkatkan volatilitas saham dan mata uang di pasar global karena ada kemungkinan terjadinya pembalikan aliran dana investor di pasar global ke Jepang dalam jangka pendek.
Hal itu karena adanya strategi investor untuk meminjam dana dari mata uang berbunga rendah (seperti Yen Jepang) untuk diinvestasikan ke mata uang yang menawarkan suku bunga lebih tinggi, atau dikenal dengan sebutan carry trade.
Kenaikan suku bunga Jepang berpotensi membuat investor yang melakukan carry trade tersebut menutup posisi pinjamannya sehingga akan meningkatkan volatilitas pasar global karena arus dana kembali ke Jepang. Namun diperkirakan dampak tersebut hanya bersifat jangka pendek.
Sementara itu, Pilarmas Investindo Sekuritas justru memperkirakan IHSG hari ini menguat terbatas dengan rentanng support dan resisten 8.610 dan 8.720. Tiga saham yang masuk pantauan tim riset mereka hari ini, mencakup: ANTM, DEWA, dan ADMR.
Menurut Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, walaupun pasar global terkoreksi beberapa hari terakhir, terdapat sentimen positif dari rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) semalam. Data initial jobless claims menurun menjadi 224.000 dari 236.000, walaupun continuing claims naik menjadi 1,89 juta, dari sebelumnya 1,83 juta.
"Itu menunjukkan pemutusan hubungan kerja masih terbatas sejauh ini," kata Nico.
