Sepanjang 2024, Pasar Modal Indonesia mengalami berbagai dinamika yang memberikan dampak beragam, baik berupa peluang positif maupun tantangan yang memengaruhi kinerja pasar.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat mencapai titik terendah di level 6.855,62 (11/6/2024), tapi juga berhasil mencatatkan beberapa rekor tertinggi selama tahun ini.
Pada penutupan perdagangan 2024, IHSG ditutup di level 7.079,90. Indeks pada perdagangan hari tersebut naik 0,62%.
Namun, berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 27 Desember 2024, IHSG ditutup di posisi 7.036,57. Melemah 3,25% year-to-date (ytd) dengan kapitalisasi pasar mengalami pertumbuhan sebesar 5,05% ytd menjadi Rp12,2 ribu triliun.
Sementara itu, rasio harga pasar terhadap laba (market price to earning ratio/PER) berada di angka 12,71 kali. Lalu, rasio harga pasar terhadap nilai buku (market price to book value/PBV) tercatat 2,09 kali.
Jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, kinerja IHSG tergolong relatif rendah. Indeks STI Singapura mencatatkan kenaikan hingga 17,14%, VN-Index Vietnam naik 12,95%, dan FTSE Bursa Malaysia KLCI Index meningkat 12,58%, sementara SET Index Thailand justru mengalami penurunan sebesar 1,10%.
Aliran dana asing tercatat keluar secara besar-besaran dari IHSG, yaitu mencapai Rp38,5 triliun dalam tiga bulan terakhir. Selama periode yang sama, IHSG juga mengalami penurunan sekitar 9% mencapai level 7.036. Catatan tersebut sekaligus menjadi kinerja terburuk di ASEAN.