Jakarta, FORTUNE - Kebijakan tarif yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump bukan hanya menimbulkan ketegangan dagang dan membawa dampak signifikan terhadap stabilitas ekonomi negara-negara, namun juga kepada instrumen investasi. Sebab, adanya ketegangan global telah memicu terjadinya gejolak nilai tukar, bahkan rupiah sempat melemah hingga menyentuh level Rp16.891 per dolar AS.
Sejak euforia pasar awal pasca kemenangan pemilihan Trump, aset berisiko telah mengalami pemeriksaan realitas dengan S&P membalikkan keuntungannya, sementara imbal hasil Treasury AS dan dolar AS bergerak turun.
Oleh sebab itu, Chief Investment Officer Bank DBS, Hou Wey Fook mengatakan bahwa investor perlu mengantisipasi portofolio investasinya. Pasalnya menurut dia, ada potensi memudarnya keistimewaan AS, ia menyarankan untuk lebih berhati-hati terhadap saham AS dan menurunkan ekuitas AS ke underweight tiga bulan sambil mempertahankan overweight 12 bulan dengan mempertahankan pandangan keyakinan pada teknologi dan perawatan kesehatan AS.
Sebaliknya, Hou Wey melihat peluang yang lebih menjanjikan di pasar Eropa dalam jangka pendek. Ia pun merekomendasikan untuk menaikkan posisi ekuitas Eropa ke overweight dalam horizon tiga bulan, sambil mempertahankan posisi underweight untuk jangka panjang. Sektor-sektor seperti pertahanan, keuangan, teknologi, dan layanan kesehatan menjadi perhatian utama karena dinilai akan mendapat dukungan dari kebijakan fiskal dan geopolitik di kawasan tersebut.
"Perubahan utama ini akan membantu mendiversifikasi dari perdagangan yang ramai dan mengurangi risiko konsentrasi ke saham teknologi AS dan Magnificent Seven," sebut dia dalam acara media konferens Prospek Ekonomi Q2 bersama DBS, Rabu (9/4).