Jakarta, FORTUNE - Di tengah ketidakpastian ekonomi dan volatilitas pasar, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menyarankan investor mempertimbangkan instrumen investasi yang lebih stabil, yaitu reksa dana pendapatan tetap (fixed income fund). Produk ini dinilai strategis bagi investor yang mencari pendapatan pasif rutin.
“Reksa dana pendapatan tetap pendapatan pasif rutin bulanan (monthly passive income bond fund) menjadi alternatif yang strategis,” ujar Head of Wealth Management Mirae Asset Sekuritas, M. Arief Maulana, dalam acara Media Day: July 2025, Selasa (15/7).
Rekomendasi ini didasari oleh kondisi pasar saham yang mengalami tren aliran modal asing keluar (capital outflow) dalam jumlah besar. Head of Research and Chief Economist Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, menyatakan outflow dari pasar saham telah mencapai Rp57,9 triliun sejak awal tahun hingga 11 Juli 2025. Hal ini terjadi meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih menguat tipis ke level 7.192.
Namun, situasi berbeda terjadi di pasar obligasi yang justru menarik minat investor asing. Tren harga obligasi yang masih naik membuat imbal hasil (yield) turun, sejalan dengan aliran dana asing masuk (foreign inflow) yang kuat. Tercatat, pembelian bersih oleh asing pada pasar obligasi mencapai Rp17,2 triliun sepanjang Juli berjalan (month-to-date) dan total Rp70 triliun sejak awal tahun (year-to-date).
Kondisi positif pada pasar obligasi ini dipengaruhi oleh pemangkasan BI Rate pada semester I 2025 dan ekspektasi pasar akan penurunan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, The Fed Fund Rate (FFR), pada semester II 2025.
Rully memproyeksikan, BI Rate akan bertahan pada level 5,5 persen hingga akhir tahun, sembari menunggu penyesuaian dari perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit.
"Likuiditas perbankan juga diproyeksi akan lebih longgar pada semester II 2025," katanya.
Meskipun demikian, Rully mengingatkan bahwa sentimen global masih perlu diwaspadai.
“Kami memprediksi bank sentral AS masih akan berusaha berhati-hati dan melihat perkembangan data ekonomi untuk menentukan seberapa besar dan seberapa cepat penurunan suku bunga ke depan,” ujar Rully.