Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Aktivitas pertambangan batubara PT Royaltama Mulia Kontrakindo Tb
Aktivitas pertambangan batubara PT Royaltama Mulia Kontrakindo Tbk (RMKO).

Intinya sih...

  • Penurunan kinerja terjadi karena volume tambang menurun dan beban-beban investasi belum diimbangi pendapatan.

  • Perseroan berupaya menyelesaikan jalan hauling untuk membuka tambang baru.

  • Kerugian perseroan membengkak menjadi Rp55,60 miliar pada semester I-2025.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - PT Royaltama Mulia Kontraktorindo Tbk (RMKO) membeberkan sejumlah faktor yang menyebabkan pelemahan kinerja keuangan sepanjang kuartal II-2025. Satu di antaranya adalah penurunan volume tambang karena lahan yang mulai terbatas.

Dalam paparan publik RMKO yang berlangsung secara daring (6/10), direktur utama perusahaan, Vincent Saputra, menyatakan "sudah waktunya [operasinalisasi] pindah ke pit yang lain."

Selain masalah keterbatasan lahan, menurutnya faktor pemicu kedua adalah beban-beban yang terjadi pada saat fase investasi. 

“Banyak cost-cost yang kami incur, tapi belum ada revenue yang bisa direalisasi,” ujarnya.

Untuk itu, perseroan berupaya untuk menyelesaikan jalur khusus untuk pengangkutan material ke beberapa tambang (hauling). Harapannya, banyak jasa tambang baru yang bisa terbuka dan jasa hauling dapat diterapkan. Ini sesuai pula dengan fokus RMKO pada jasa kontraktor pertambangan dan alat berat.

“Harapannya, ke depan volume dan pendapatan serta profit kami dapat lebih baik dari sebelumnya,” ujar Vincent.

Kinerja keuangan perseroan menurun sepanjang kuartal II-2025 dengan sejumlah departemen mengalami kontraksi. Dari sisi pendapatan, terdapat penyusutan 13 persen dalam setahun (YoY) menjadi Rp53,3 miliar. Pendapatan tersebut bersumber dari segmen tambang sebanyak 64,5 persen dan penyewaan 35,3 persen.

Sementara itu, perseroan juga masih membukukan rugi bersih menjadi Rp26,6 miliar pada kuartal II-2025. Rugi tersebut naik 432,8 persen dari Rp1,8 miliar pada kuartal II-2024.

Salah satu penyebab meningkatnya kerugian adalah naiknya beban pendapatan perseroan menjadi Rp149,5 miliar per kuartal II-2025, terdiri dari empat kategori utama.

Pertama, salary and allowances sebesar 26,8 persen, fuel 26,7 persen, repairs and maintenance 23,3 persen dan depreciation and amortization 20,5 persen.

Meski demikian, pada kuartal II, aset perusahaan naik menjadi Rp560 miliar. DI samping itu, liabilitas naik menjadi Rp388 miliar dan ekuitas turun menjadi Rp172 miliar.

Sepanjang semester I-2025, perseroan membukukan pendapatan Rp95,81 miliar dari Rp110,36 miliar pada semester I-2025. Hal tersebut mendorong kerugian perseroan membengkak menjadi Rp55,60 miliar dari Rp10,43 miliar.

Perseroan menargetkan pertumbuhan jumlah pendapatan Rp496,1 miliar dan laba bersih Rp89,0 miliar pada 2025.

Selain itu, ada pula target belanja modal atau capital expenditure Rp27,6 miliar pada 2025. Namun, hingga semester I, perseroan telah menganggarkan belanja modal Rp36,6 miliar dengan dana yang diperoleh dari pinjaman oleh afiliasi perseroan.

Untuk 2026, perseroan menargetkan capex dalam rentang Rp26 miliar hingga Rp30 miliar, yang akan digunakan untuk infrastruktur.

Editorial Team