Jakarta, FORTUNE - Saat massa bergemuruh memperingati Hari Buruh Internasional pada 1 Mei lalu, saham milik jaringan kopi raksasa Amerika Serikat (AS), saham Starbucks 'kebakaran'. Kinerja buruk di awal tahun biang keroknya.
Berdasarkan data historis, harga saham Starbucks mendadak merosot hampir 16 persen dari level US$88,49 menjadi US$74,44. Tak heran, sebab dalam pengumuman kinerja terbaru, Chief Executive Officer (CEO) Starbucks, Laxman Narsimhan, membawa kabar buruk bagi para pemangku kepentingan.
"Biar saya perjelas dari awal. Kinerja kami pada kuartal ini mengecewakan dan tidak memenuhi ekspektasi kami," kata Narasimhan dalam earning calls kuartal II, dikutip dari Fortune.
Pendapatan konsolidasi Starbucks menurun 1 persen (YoY) menjadi US$8,6 miliar. Itu karena comparable store sales yang melemah 4 persen akibat transaksi lebih rendah. Margin operasi konsolidasi Starbucks juga menyusut 140 basis poin jadi 12,8 persen akibat deleverage, upah mitra, serta investasi manfaat dan kegiatan promosi.
Bahkan, laba per saham pun tertekan 7 persen (YoY) menjadi US$0,68. "Utamanya karena kontaksi pendapatan operasional di segmen Amerika Utara dan internasional sebagai akibat menurunnya pendapatan," kata Chief Financial Officer Starbucks, Rachel Ruggeri dalam kesempatan yang sama.